Menteri Nasir Sebut Indonesia Butuh Badan Riset Nasional
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir mengatakan, keberadaan Badan Riset Nasional diperlukan, agar riset dan pengembangan teknologi di Tanah Air lebih fokus dan terarah. Nantinya, badan ini akan mengkoordinasikan semua instansi yang melakukan riset dan pengembangan teknologi di Indonesia.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir mengatakan, keberadaan Badan Riset Nasional (BRN) diperlukan, agar riset dan pengembanagan teknologi di Tanah Air lebih fokus dan terarah. Nantinya, badan ini akan mengkoordinasikan semua instansi yang melakukan riset dan pengembangan teknologi di Indonesia.
"Badan Riset Nasional bertujuan untuk mengkoordinasi semuanya. Apakah nanti bentuknya mengkoordinasikan atau bagaimana, ini kita bicarakan," ujar dia di Universitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (28/3).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Mengapa penelitian ini dianggap penting? “Ini adalah lompatan besar bagi sains! Dan ini baru permulaan. Kami berharap dapat mengadaptasi teknik AI dan ML ini pada hewan lain dan meletakkan dasar bagi kecerdasan luar biasa di berbagai industri terkait hewan. Jika kita tahu apa yang dirasakan hewan, kita bisa merancang dunia yang lebih baik untuk mereka,” Cheok melanjutkan,
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
Dia mengungkapkan, selama ini tiap kementerian dan lembaga pemerintah memiliki badan riset sendiri-sendiri. Dan terkadang riset yang dilakukan pun sama. "Sekarang riset ada semua di Kementerian, sendiri-sendiri. Artinya kan duplikasi," kata dia.
Menurut Nasir, riset sama ini justru menimbulkan biaya yang tinggi dalam upaya pengembangan teknologi. Agar hal ini tidak terjadi, maka pemerintah akan membentuk satu badan yang akan mengkoordinasikan semua kegiatan riset di Indonesia.
"(Riset yang sama) Itu cost. Makanya untuk efisiensi, ini akan dicapai," jelasnya.
Selain itu, pemerintah telah menganggarkan dana yang cukup besar untuk riset dan penelitian di bidang teknologi mencapai Rp 25,9 triliun. Namun demikian, hasil dari alokasi anggaran tersebut masih belum diketahui secara baik.
"Dalam riset, total yang dikeluarkan pemerintah dalam riset Rp 25,9 triliun. Dari Rp 25,9 triliun itu hasilnya seperti apa? Ini yang kita tidak bisa deteksi dengan baik," ujarnya.
Dengan demikian, agar dana yang dikeluarkan pemerintah untuk riset jelas hasilnya, maka perlu adanya badan khusus yang mengawal dan memantau riset-riset yang dilakukan menggunakan dana ini.
"Apakah dibentuk Badan Riset Nasional (BRN) di mana nanti yang membawahi adalah Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi/Kepala BRN, atau bagaimana, nanti terserah Pak Presiden. Tetapi ini menjadi penting karena riset itu betul-betul kena sasaran," kata dia.
Selain itu, kata Nasir, untuk tahun ini pemerintah juga telah menyiapkan dana abadi riset yang untuk tahap awal dialokasikan sebesar Rp 1 triliun. Angka tersebut diharapkan meningkat seiring dengan perkembangan teknologi.
"Di 2019 sudah dibentuk dana awal, sekitar Rp 1 triliun untuk dana abadi riset. Ini awal. Nanti ke depan bisa naik di angka 20, 30, 40," tandas dia.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Sakit di Badan Jadi Enakan Karena Lihat Foto si Dia, Tandanya Kamu Sudah Jatuh Cinta
Buktikan Kesetiakawanan Semut, 2 Siswi SMAN 1 Medan Dapat Hadiah Liburan ke Jerman
Menristekdikti Sebut Peneliti Indonesia Sudah Sejahtera
Menurut Penelitian, Lelaki Cenderung Jatuh Cinta Lebih Dulu daripada Wanita
Menurut Penelitian, Uang Memang Bisa Membeli Kebahagiaan
Penelitian Ilmuwan Inggris Disebut Bisa Ramal Gunung Agung Bali Meletus