Menteri Teten Masduki Ungkap 3 Tantangan Besar Dihadapi Start-Up di Indonesia
Indonesia berada di peringkat keenam global dengan sekitar 2.600 start-up yang tersebar di berbagai sektor, termasuk teknologi, kesehatan, dan pendidikan.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebut bahwa Indonesia saat ini merupakan salah satu negara dengan ekosistem start-up yang paling dinamis di dunia.
Teten menyebut, Indonesia berada di peringkat keenam global dengan sekitar 2.600 start-up yang tersebar di berbagai sektor, termasuk teknologi, kesehatan, dan pendidikan.
- Startup di RI Masih Punya Banyak Tantangan Besar, Menteri UMKM: Akses Pembiayaan Belum Terpenuhi
- Tak Ada Lagi Gaji Karyawan Startup di Indonesia Gede-gede, Ini Biang Keroknya
- Pengusaha Indonesia Diajak Ikut Pameran Industri Kaca Terbesar Dunia, Catat Tanggalnya
- Terungkap, Ini Alasan Zenius Tutup Usai Beroperasi 20 Tahun di Indonesia
Tercatat per September 2024, Kementerian Koperasi dan UKM telah berhasil melakukan pendampingan, akselerasi, dan inkubasi pada 713 star-tup.
"Kita telah melihat banyak startup yang hadir di berbagai sektor teknologi, kesehatan, pendidikan, dan lainnya yang tentu kita harapkan akan menghadirkan solusi inovatif untuk berbagai tantangan lokal," kata Teten dalam acara Sharing Session Akselerasi Startup Global, Selasa (17/9).
Menurut Teten, meskipun potensi besar di sektor startup sangat menjanjikan, perjalanan menuju kesuksesan global tidaklah mudah. Dia menyoroti tiga tantangan utama yang harus dihadapi oleh start-up di Indonesia.
Pertama, akses ke pasar global. Start-up harus memahami pasar internasional, termasuk regulasi, budaya bisnis, dan referensi konsumen di negara target.
Kedua, kapasitas dan skalabilitas. Menurutnya perlu ada strategi yang solid untuk ekspansi, mencakup teknologi, inovasi, sumber daya manusia, dan kapital.
Tantangan Ketiga
Ketiga, kolaborasi dan haringan internasional. Teten menuturkan start-up harus menjalin kemitraan dengan berbagai pihak di luar negeri, termasuk pemerintah, lembaga riset, dan korporasi global.
"Penting bagi start-up untuk menjalim kemitraan dengan berbagai pihak di luar negeri, baik itu pemerintah, lembaga riset, maupun korporasi global. Dalam perjalanan kami ke banyak negara, sebetulnya ekosistem start-up di dunia terbuka bagi start-up di mana pun. Jadi kita bisa menggunakan ekosistem bisnis," papar Teten.
Teten menegaskan untuk mengatasi tantangan tersebut, dukungan penuh dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen untuk menyediakan berbagai program strategis dan mendorong kolaborasi antara kementerian, lembaga, asosiasi, dan mitra strategis lainnya guna menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan start-up di Indonesia.
"Kita telah berkemungkinan untuk memberikan dukungan penuh bagi para startup di tanah air. Melalui berbagai program strategis, namun, kita menyadari bahwa ini tidak bisa dilakukan sendiri. Diperlukan dukungan dan kolaborasi erat dengan berbagai kementerian, lembaga, asosiasi, dan juga mitra strategis lainnya untuk menciptakan ekosistem yang kondisi bagi pertumbuhan startup," pungkas Teten.