Mau Teliti Atmosfer Mars NASA Tak Ajak Space X Elon Musk, tapi Malah Gandeng Startup Ini
Misi ini diproyeksikan menjadi contoh baru bagi NASA dalam eksplorasi luar angkasa berbiaya rendah.
Mars dulu memiliki atmosfer yang jauh lebih tebal, mungkin cukup untuk mendukung kehidupan, tetapi iklim planet itu telah berubah drastis selama miliaran tahun. Pertanyaan yang muncul adalah, ke mana perginya atmosfer tersebut?
Mengutip Mashable, Senin (26/8), misi sains baru yang didanai NASA, bernama Escapade, akan mencari jawaban atas misteri ini. Menariknya, misi ini tidak melibatkan kontraktor besar seperti biasanya, melainkan perusahaan Rocket Lab yang didirikan di Selandia Baru pada tahun 2006.
-
Siapa yang meragukan misi Elon Musk ke Mars? Dikutip dari Futurism, Selasa (8/10), Wall Street Journal melaporkan, bahwa para ahli meragukan kemampuan Musk membawa manusia ke Mars dalam waktu dekat.
-
Apa yang dilakukan NASA di Mars? MAV diatur untuk mengambil sampel yang dikumpulkan oleh penjelajah Mars Perseverance milik NASA pada awal tahun 2030-an.
-
Bagaimana cara Elon Musk bawa orang ke Mars? Ia berencana akan mengirim 1 juta orang ke Mars pada tahun 2050 mendatang.
-
Bagaimana cara NASA membantu wisata ke Mars? “Di bulan, di mana gravitasi enam kali lebih kecil dari Bumi, pakaian antariksa memiliki berat serasa 50 pon, jadi itu bisa diatur,“ Tetapi di Mars, gravitasinya hanya sekitar sepertiga dari Bumi, jadi memiliki pakaian antariksa dengan berat serasa 125 kg, itu masih terlalu berat.
-
Bagaimana NASA cari kehidupan di Mars? Misi ini juga melakukan analisis biologis tanahnya dengan tujuan utama untuk menemukan petunjuk kehidupan.
-
Bagaimana NASA meneliti keberadaan air di Mars? 'Untuk mengetahui bagaimana benda-benda ini terbentuk, kita perlu melihat ke bawah permukaannya,' Perseverance dapat memetakan lapisan tanah hingga kedalaman 20 meter dan temuan menunjukkan bahwa lapisan sedimen dibangun sedemikian rupa sehingga sebanding dengan danau yang Anda temukan di Bumi.
Rocket Lab, meski kurang dikenal publik, kini berada di pusat perhatian dengan misi Mars ini. Peter Beck, CEO Rocket Lab, menjelaskan bahwa perusahaan ini adalah satu-satunya perusahaan antariksa yang tidak dipimpin oleh miliarder.
Rocket Lab telah membangun dua wahana antariksa untuk misi Escapade, yang merupakan singkatan dari Escape and Plasma Acceleration and Dynamics Explorers. Wahana ini dijadwalkan meluncur pada Oktober mendatang. Jika berhasil, misi ini bisa menjadi contoh bagi NASA dan industri antariksa komersial untuk menjalankan misi antarplanet dengan biaya lebih rendah di masa depan.
Dengan anggaran USD80 juta atau Rp 1,2 triliun, Rocket Lab berhasil membangun dua probe hanya dalam waktu 3,5 tahun dengan biaya USD57 juta atau Rp 877 miliar, jauh lebih murah dibandingkan dengan misi kompleks NASA yang biasanya memakan biaya miliaran dolar.
Berbeda dengan kontraktor NASA lainnya yang bekerja dengan sistem cost-plus-fixed-fee yang memungkinkan biaya membengkak, Rocket Lab menyediakan probe ini dengan harga tetap. Rob Lillis, peneliti utama misi ini dari UC Berkeley, mengungkapkan bahwa setidaknya dua kontraktor besar menolak proyek ini karena merasa tidak bisa membangun dua wahana antariksa dengan anggaran USD57 juta atau Rp 877 miliar.
Dua probe Escapade, bernama Blue dan Gold, yang masing-masing seukuran mesin cuci bertumpuk, baru saja dikirim ke Cape Canaveral, Florida, untuk diintegrasikan dengan roket kompetitor, New Glenn dari Blue Origin. Meski Rocket Lab sedang mengembangkan roket medium-lift yang dinamakan Neutron, roket tersebut belum akan siap dalam satu tahun ke depan.
Tim sains dari UC Berkeley tidak ingin menunggu terlalu lama karena mereka akan melewatkan kesempatan mengamati bagaimana puncak aktivitas matahari mempengaruhi atmosfer Mars. Misi Escapade sudah tertunda beberapa tahun karena perubahan pada roket misi asal yang awalnya direncanakan ikut dalam misi asteroid Psyche NASA sebelum lintasan probe tersebut diubah.