Meski Berhubungan Baik, Indonesia Tak Pernah Impor BBM dari Iran, Ini Alasannya
Pemerintah akui memiliki hubungan baik dengan Iran tapi tak pernah impor BBM dari negara Timur Tengah tersebut.
Pemerintah akui memiliki hubungan baik dengan Iran tapi tak pernah impor BBM dari negara Timur Tengah tersebut.
- BBM Satu Harga Capai 573 Titik, Wujud Komitmen Ketahanan Energi Pemerintah
- BBM Indonesia Selama Ini Tenyata Bergantung ke Singapura, Padahal Tak Punya Ladangan Migas
- Ada Perang Iran Vs Israel, Pemerintah Jamin Harga BBM Tak Naik
- Negara Timur Tengah Tutup Wilayah Udara Imbas Serangan Iran, Pesawat Tak Boleh Melintas
Meski Berhubungan Baik, Indonesia Tak Pernah Impor BBM dari Iran, Ini Alasannya
Indonesia Tak Pernah Impor BBM dari Iran, Ini Alasannya
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji memastikan Indonesia tidak mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dari Iran untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menyusul, kekhawatiran masyarakat terkait potensi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) usai Iran terlibat konflik dengan Israel.
Tutuka menegaskan, pemerintah justru mengaku kesulitan untuk mendapatkan impor BBM asal Iran.
Meski begitu, dia tidak mengungkap hambatan yang dialami pemerintah untuk mendatangkan impor BBM asal Iran.
merdeka.com
"Walaupun kita jalin kerjasama dengan Iran, tapi tidak mudah untuk lakukan implementasi. Kita sampai saat ini enggak ada (impor BBM)," kata Tutuka dalam webinar Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI di Jakarta, Senin (15/4).
Dalam catatan Tutuka, impor BBM terbesar oleh Pertamina masih berasal Singapura di sepanjang 2023 lalu. Kemudian, diikuti Malaysia dan India.
"Untuk sumber utama crude dari Nigeria, Saudi Arabia, Angola, dan Gabon," jelas Tutuka.
Sementara itu, sumber utama impor LPG Indonesia pada tahun 2023 lalu hanya didominasi oleh dua negara kawasan. Yakni, Amerika Serikat (As) dan Timur Tengah.
Adapun produk utama BBM impor terbesar di oleh Pertamina ialah minyak bensin (90) mencapai 73,52 persen. Di susul, minyak bensin (92) sebanyak 19,44 persen.
Selanjutnya, minyak solar (CN 48) sebesar 3,91 persen, Avtur sebanyak 1,27 persen.
Lalu, HOMC 92 sebanyak 0,99 persen, minyak bensin (98) sebanyak 0,50 persen, minyak solar Freeport sebanyak 0,36 persen, dan Avgas sebanyak 0,01 persen.