Miskin sejak lahir, penyebab sepertiga ketimpangan ekonomi RI
"Diskusi terkait ketimpangan seringkali berfokus pada kesenjangan pendapatan."
Ketimpangan ekonomi masih menjadi persoalan global. Tak hanya dialami oleh negara miskin, tetapi juga maju dan menengah.
Persoalan itu muncul lantaran manfaat pertumbuhan ekonomi suatu negara tak terdistribusi merata ke seluruh penduduk.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Kapan Alun-alun Puspa Wangi Indramayu diresmikan? Sebelumnya alun-alun ini diresmikan pada Jumat (9/2) lalu, setelah direnovasi sejak 19 Mei 2021.
-
Kapan Kurniawan Dwi Yulianto lahir? Kelahiran Kurniawan Dwi Yulianto 13 Juli 1976
-
Sri Mulyani bertemu Presiden Jokowi, apa tujuan pertemuannya? Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diagendakan menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (2/2) siang. Sri Mulyani akan melaporkan hal-hal terkait anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun 2024.
-
Bagaimana Sri Isyana Tunggawijaya memerintah? Sri Isyana Tunggawijaya adalah raja perempuan Kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah berdampingan bersama dengan suaminya yang bernama Sri Lokapala.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu dengan Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
"Sejumlah persoalan ketimpangan merupakan efek samping dari pertumbuhan ekonomi. Ketika tak semua orang bergerak dengan kecepatan dan waktu yang sama," kata Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani dalam laman resmi lembaga keuangan internasional tersebut, kemarin.
Dia melanjutkan, jika mayoritas penduduk mengalami penderitaan ekonomi dan stagnasi sosial. Maka, ketimpangan bakal menjadi ancaman nyata untuk kemajuan suatu negara.
"Inilah mengapa ketimpangan ekstrem tak hanya salah secara moral, tetapi juga menjadi gejala dari perpecahan masyarakat. Itu akan mendorong terjadinya kemiskinan yang berurat akar, pertumbuhan ekonomi lumpuh, dan konflik sosial," kata menteri keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
Atas dasar itulah, kata Sri Mulyani, Bank Dunia tak hanya berambisi mengakhiri kemiskinan. Tetapi juga mempromosikan pemerataaan kesejahteraan.
"Diskusi terkait ketimpangan seringkali berfokus pada kesenjangan pendapatan. Namun, masih ada aspek lain dari penyebab ketimpangan yang tak kalah penting."
Diantaranya, keterbatasan kesempatan penduduk untuk memerbaiki kesejahteraan.
"Sekedar contoh, bukti terkini di negara saya, Indonesia, menunjukkan sepertiga ketimpangan ekonomi disebabkan oleh keadaan saat orang dilahirkan," kata Sri Mulyani.
"Di banyak wilayah, terutama pedesaan, jika orangtuanya miskin, maka si anak punya sedikit kesempatan untuk memerbaiki hidup."
Dengan kata lain, kata Sri Mulyani, keterbatasan kesempatan bakal menghambat mobilitas ekonomi. Kemudian, mengabadikan kemiskinan lintas generasi, dan menekan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
"Itulah mengapa kami menolong banyak negara untuk menyediakan pelayanan dasar yang bisa menjangkau semua penduduk, terutama 40 persen populasi termiskin."
(mdk/yud)