Moody's Ingatkan Ancaman Gagal Bayar Utang Korporasi RI, Begini Respons Sri Mulyani
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, turut berkomentar mengenai hasil laporan lembaga pemeringkat utang internasional Moody's Investor Service yang menyebutkan adanya risiko gagal bayar utang perusahaan-perusahaan di Indonesia. Menurutnya, hasil laporan tersebut menjadi alarm bagi pelaku usaha.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, turut berkomentar mengenai hasil laporan lembaga pemeringkat utang internasional Moody's Investor Service yang menyebutkan adanya risiko gagal bayar utang perusahaan-perusahaan di Indonesia. Menurutnya, hasil laporan tersebut menjadi alarm bagi pelaku usaha untuk mempertimbangkan kebijakan di tengah ketidakpastian global saat ini.
"Saya rasa apapun yang disampaikan oleh lembaga-lembaga pemeringkat adalah suatu asesmen dan peringatan yang baik untuk menjadi bahan bagi para pengambil keputusan di tingkat korporasi agar menjadi lebih waspada terhadap lingkungan yang sekarang ini yang dianggap berubah oleh lembaga-lembaga pemeringkat tersebut," ujarnya di Kantornya, Jakarta, Selasa (1/10).
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Apa yang membuat wanita lebih unggul dalam berinvestasi? Wanita lebih sadar resiko, menghindari saham, obligasi, atau real eastat yang beresiko dibandingkan pria.
-
Bagaimana uang berperan dalam penimbunan kekayaan? Ini berarti menyimpan uang sama artinya dengan menyimpan kekayaan.
-
Kenapa wanita lebih unggul dalam berinvestasi dibanding pria? Sebuah penelitian oleh Barkeley menemukan hasil bahwa wanita mendapatkan hasil investasi hampir satu persen lebih besar.
-
Apa itu uang mutilasi? Uang mutilasi adalah uang asli yang dirusak dengan cara merobek, membakar, melubangi, atau menghilangkan sebagian, kemudian disambungkan dengan uang palsu untuk mengelabui masyarakat.
Bendahara Negara ini mengingatkan, agar pelaku usaha lebih meningkatkan kehati-hatiannya baik di tingkat global maupun regional agar tidak salah mengambil langkah bisnis. Karena menurut dia, selama ini pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usahanya tidak mempertimbangkan dampak ekonomi global.
"Laporan seperti itu setiap perusahaan harus betul-betul melihat dinamika lingkungan di mana mereka beroperasi," kata dia.
Selain memikirkan bagaimana menghasilkan pendapatan, lanjutnya, pelaku usaha juga harus meningkatkan efisiensi bisnis. Sehingga meski tetap bisa menghasilkan pendapatan, pelaku usaha juga bisa mengantisipasi jika terjadi kondisi yang tidak diinginkan.
"Dalam lingkungan ekonomi yang diperkirakan melemah, mereka harus mulai melihat dari sisi efisiensi di dalam sehingga kemampuan mereka untuk tetap bisa mengenerate revenue dan biaya makin efisien menyebabkan mereka bisa menghadapi kemungkinan pelemahan tersebut," pungkas dia.
Seperti diberitakan, lembaga pemeringkat utang internasional, Moody's Investors Service mengatakan dalam sebuah laporan baru bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia berisiko gagal bayar. Hal ini berdampak pada industri perbankan.
Dalam laporan Moody's yang dirilis Senin (30/9) berjudul 'Banks-Asia-Pacific: Risks from leveraged corporates grow as macroeconomic conditions worsen' disebutkan, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya perdagangan serta ketegangan geopolitik dapat melemahkan kemampuan pelayanan utang.
"Tingkat gagal bayar (utang) perusahaan di Asia Pasifik sejauh ini rendah, dibantu oleh suku bunga rendah dan kondisi pendanaan yang menguntungkan, tetapi meningkatnya ketegangan perdagangan dan geopolitik membebani ekonomi global dan rantai pasokan di tengah pertumbuhan yang sudah melambat," kata Rebaca Tan, Asisten Wakil Presiden dan Analis Moody.
Baca juga:
Cerita Kisruh Sriwijaya Air Hingga Berujung Rekomendasi Setop Operasi
Sriwijaya Air Terlilit Utang Hingga Triliunan Rupiah
Hingga Agustus 2019, Utang Pemerintah Naik Menjadi Rp4.680 Triliun
Defisit APBN per Agustus 2019 Naik 32 Persen Capai Rp199,1 Triliun
Miliuner: Kerja Sama dengan China Akan Menambah Kemiskinan
Survei: Rata-Rata Milenial AS Punya Utang Rp 392 Juta
Menkeu Sindir Pemda Lebih Suka Andalkan APBN Bangun Infrastruktur