OJK ungkap penyebab bank besar sering jadi sasaran kejahatan
Salah satunya karena penggunaan electronic banking didominasi bank-bank besar.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan bank besar lebih sering jadi sasaran kejahatan perbankan. Salah satunya karena penggunaan electronic banking didominasi bank-bank besar yang masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III dan IV.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Irwan Lubis tidak heran jika bank besar yang masuk BUKU III dan IV jadi sasaran. Sebab, bank-bank itu memiliki modal kuat. Karena itu, bank besar kerap jadi incaran pelaku kejahatan perbankan.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
-
Apa saja ketakutan yang dirasakan masyarakat Indonesia saat ATM pertama kali hadir di Indonesia? Banyak pihak belum melirik keandalan mesin ini bahkan ada pula yang mencemooh.
-
Bagaimana nasabah Bank Dagang Bali (BDB) dapat melakukan transaksi dengan mesin ATM pada tahun 1984? Saat itu, BDB menjalin kerja sama dengan Chase Manhattan Bank untuk bisa mendapatkan layanan ATM. Nantinya, nasabah BDB harus memiliki kartu khusus yang disebut cash Point card.
-
Kenapa OJK menyelenggarakan Pasar Keuangan Rakyat (PKR) di Sumbawa Barat? Perluasan akses keuangan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Melalui akses pembiayaan yang mudah dan murah, penciptaan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru di berbagai daerah akan dapat terwujud,” kata Ogi, Minggu (29/10).
"BUKU I dan II sangat jarang, jadi yang sering bermasalah sama kejahatan e-banking adalah bank BUKU III dan IV," ujar dia di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (14/9).
Untuk meminimalisir kejahatan dalam electronic banking, bank besar harus menjaga kualitas teknologi yang digunakan. "Oleh karena itu penting untuk jaga kehandalan (IT) dari masing-masing bank," kata dia.
Untuk diketahui, frekuensi electronic banking meningkat mulai dari Rp 3,79 miliar tahun 2012. Kemudian meningkat Rp 4,73 miliar pada 2013 dan Rp 5,69 miliar pada 2014. Sementara volume penggunaan electronic banking meningkat dari Rp 4.441 triliun pada 2012 menjadi Rp 5.495 triliun pada 2013 dan meningkat lagi pada 2014 menjadi Rp 6.447 triliun.
(mdk/noe)