Pejabat PBB Mundur Usai Beberkan Dugaan Keterlibatan Amerika dan Inggris dalam Konflik Israel-Palestina
Langkah ini diambil sebagai bentuk protes karena kegagalan PBB untuk melindungi warga Palestina di Gaza dari tindakan genosida Israel.
Langkah ini diambil sebagai bentuk protes karena kegagalan PBB untuk melindungi warga Palestina di Gaza dari tindakan genosida Israel.
Pejabat PBB Mundur Usai Beberkan Dugaan Keterlibatan Amerika dan Inggris dalam Konflik Israel-Palestina
Pejabat PBB Beberkan Dugaan Keterlibatan Amerika dan Inggris dalam Konflik Israel-Palestina
Craig Mokhiber memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Direktur Hak Asasi Manusia (HAM) pada kantor perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Amerika Serikat.
Langkah ini diambil sebagai bentuk protes karena kegagalan PBB untuk melindungi warga Palestina di Gaza dari tindakan genosida Israel.
- Agus Yudhoyono Pernah Tugas di Perbatasan Israel dan Libanon saat jadi Perwira TNI, ini Potretnya Pimpin Prajurit
- Konflik Palestina-Israel Kembali Memanas, PMI Sigap Kirim Bantuan Medis Senilai Rp2,9 Miliar untuk Warga Gaza
- Dihujani Bom Israel, 129 WNI Memilih Tetap Tinggal di Palestina
- Konflik Israel-Palestina Memanas, Pemerintah Upayakan Evakuasi WNI
Dalam suratnya yang tertanggal 28 Oktober, dia menuliskan Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara di Eropa turut terlibat atas serangan mengerikan itu.
"Ini akan menjadi komunikasi terakhir saya kepada Anda," tulis Craig Mokhiber kepada Komisioner Tinggi PBB, Volker Turk, dikutip Rabu (1/11).
Mengutip The Guardian mundurnya Mokhiber memang dilakukan menjelang masa pensiunnya.
Meski begitu, dia menulis para pihak yang tergabung dalam PBB telah berulang kali melihat aksi genosida yang menimpa warga Sipil Palestina.
Namun, lembaga yang sepatutnya memiliki kekuatan besar, tak mampu menghentikan hal tersebut.
Tidak hanya merujuk kejahatan manusia yang menimpa Palestina, Mokhiber juga menuturkan kalau PBB juga telah gagal mencegah aksi genosida yang menimpa Tutsis di Rwanda, Muslim di Bosnia, Yazidi di Iraq Kurdistan dan Rohingya di Myanmar.
"Komisioner Tinggi, kita gagal lagi. Pembantaian besar-besaran terhadap rakyat Palestina saat ini, berakar pada ideologi pemukim kolonial etno-nasionalis," tulis Mokhiber.
Mokhiber menambahkan, Amerika, Inggris dan banyak negara Eropa justru bersikap kontra terhadap komitmen mereka dalam menjaga perdamaian dunia berdasarkan Konvensi Jenewa.
Dalam suratnya Mokhiber tidak menyebutkan serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera 240 orang. Akan tetapi, dia menyerukan agar Israel dihentikan sebagai negara.
"Kita harus mendukung pembentukan negara yang sekuler, demokratis, tunggal di seluruh wilayah Palestina yang bersejarah, dengan hak yang sama bagi umat Kristen, Muslim, dan Yahudi,” tulis Mokhiber.
"Oleh karena itu proyek pemukim kolonial dan pemukim yang sangat rasis dan apartheid di seluruh negeri, harus diakhiri," pungkasnya.