Pemerintah belum berniat tutup keran impor kedelai tahun ini
Meski masih impor, pemerintah tetap yakin mampu wujudkan swasembada beberapa tahun mendatang.
Meski merupakan makanan khas Indonesia, namun bahan baku pembuatan tahu dan tempe masih harus diimpor. Pemerintah beralasan, dibukanya keran importasi kedelai untuk menutupi kebutuhan dalam negeri yang diklaim Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus melonjak.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag Srie Agustina mengungkapkan, produksi kedelai lokal saat ini hanya sekitar 995.000 ton. Sedangkan, kebutuhan kedelai dalam negeri mencapai 2,5-2,6 juta ton per tahun.
"Pada 2015 kita masih akan impor kedelai, memang harapannya harus ada peningkatan produksi. Rata-rata (peningkatan produksi) kalau menurut Kementerian Pertanian sekitar 10-15 persen," ujar Srie di kantornya, Selasa (6/1).
Srie menambahkan, sebanyak 84 persen pemenuhan kedelai dalam negeri diperuntukkan bagi industri tahu dan tempe. Sedangkan, 15 persennya untuk diolah menjadi susu kedelai.
"Kedelai impor itu memang lebih banyak digunakan untuk tempe. Kalau tahu itu lebih banyak menggunakan kedelai lokal. Kalau diolah kedelai itu lebih bagus tempenya," jelasnya.
Srie berdalih, produksi kedelai lokal tidak mampu berjalan dengan maksimal lantaran iklim subtropis yang dimiliki Indonesia. Meski demikian, Srie tetap berharap Indonesia dapat mencapai swasembada kedelai dalam beberapa tahun ke depan.
"Dalam tiga tahun bisa swasembada, malah Kementerian Pertanian lebih optimis kurang dari tiga tahun bisa jadi swasembada," tandasnya.