Pengusaha Minuman Ringan Keluhkan Mahalnya Harga Gula Dunia
Gula merupakan bahan baku utama bagi industri minuman Indonesia. Sehingga, dengan naiknya harga gula dunia membuat pelaku usaha terbebani.
Tercatat, tingkat pertumbuhan penjualan minuman ringan tahun 2023 hanya tumbuh 3,1 persen.
Pengusaha Minuman Ringan Keluhkan Mahalnya Harga Gula Dunia
Pengusaha Minuman Ringan Keluhkan Mahalnya Harga Gula Dunia
- Pabrik Gula Tua Berdiri Sejak 1852 Dikelola PTPN III Raih Rendemen Tertinggi, Jadi Upaaya Capai Swasembada Gula
- Curhat Pengusaha: Masyarakat Indonesia Lebih Suka Beli Minuman Tinggi Gula Dibanding Rendah Kalori
- Curhat Pengusaha Minuman Ringan Makin Terpuruk: Kondisi Industri Ini Sangat Menyedihkan
- Pengusaha Ritel: Harga Beras, Gula dan Minyak Goreng Sudah Mahal dari Produsen
Naiknya harga gula dunia sebesar 16,48 persen pada tahun 2023 mengganggu kinerja industri minuman ringan di Tanah Air. Tercatat, tingkat pertumbuhan penjualan minuman ringan tahun 2023 hanya tumbuh 3,1 persen.
Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), Triyono Prijosoesilo menyebut, yang mempengaruhi mahalnya harga gula global adalah kemarau berkepanjangan atau el nino, sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian di berbagai negara.
"Kemarau berkepanjangan menjadi tantangan bagi kami di tahun 2024," kata Triyono dalam Konferensi Pers bertajuk “Kinerja Industri Minuman di Tahun 2023, serta Peluang dan Tantangan di Tahun 2024” di Jakarta Selatan, Rabu (13/3).
Padahal, kata Triyono, gula merupakan bahan baku utama bagi industri minuman Indonesia. Sehingga, dengan naiknya harga gula dunia membuat pelaku usaha terbebani.
Selain dampak harga gula secara global yang naik, kata Triyono terdapat faktor lain yang membuat pertumbuhan industri minuman rendah, yakni laju tingkat inflasi komponen harga pangan mencapai 8,47 persen pada Februari 2024, lebih tinggi dari laju inflasi secara umum yaitu 2,61 persen (yoy).
Hal ini berimbas terhadap menurunnya daya beli masyarakat, di mana fokus konsumen yang tersita oleh kebutuhan primer.
Kemudian faktor lainnya, yakni krisis geopolitik, termasuk dinamika terkait perang Rusia-Ukraina yang berimbas pada melonjaknya biaya logistik dan menganggu rantai pasokan global.
"Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan kami, ada geopolitik yang berimbas pada biaya logistik dan supply chain," ujarnya.
Lebih lanjut, meskipun pertumbuhan penjualan minuman ringan tahun 2023 tumbuh 3,1 persen. Namun, sebetulnya kinerja industri minuman ringan belum sepenuhnya baik.
"Kita lihat kinerjanya masih belum baik. Kita lihat pertumbuhan industri minuman belum sustainable, kita pikir ulang bagaimana agar bisa lebih baik," pungkasnya.