Pengusaha optimis industri ritel 2016 tumbuh 10 persen
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) optimis pertumbuhan industri ritel Indonesia di tahun 2016 dapat mencapai 10 persen, di mana di tahun 2015 hanya mencapai 8 persen.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) optimis pertumbuhan industri ritel Indonesia di tahun 2016 dapat mencapai 10 persen, di mana di tahun 2015 hanya mencapai 8 persen.
"Tahun 2016 ini kami optimis bisa menutup di double digit 10 persen peningkatan penjualan toko ritel kami. tahun lalu, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 4,7 persen kita tutup dengan angka 8 persen. Kita harapkan dengan beberapa perubahan, kita bisa menutup di angka 10 persen," kata Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey, Jakarta, Rabu (28/12).
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Bagaimana pertumbuhan industri di Sidoarjo berkontribusi terhadap perekonomian daerah? Pertumbuhan industri di Sidoarjo telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
-
Mengapa industri tembakau dianggap vital bagi perekonomian Indonesia? Setidaknya dalam beberapa tahun terakhir, industri tembakau telah berkontribusi kepada penerimaan negara sebesar ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
-
Apa yang mendorong pertumbuhan pesat industri game di Indonesia? Dengan semakin berkembangnya digitalisasi dan jumlah pemain game yang bertambah, serta dukungan dari ekosistem yang kuat, kedua industri ini diprediksi akan terus tumbuh dengan pesat.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Siapa saja yang berperan penting dalam keberhasilan transformasi industri di Indonesia? “Capaian transformasi industri saat ini merupakan hasil kerja banyak pihak yakni dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, akademisi, dan terutama dari para pelaku industri sendiri.
Menurut Roy, dengan ditekannya inflasi di bawah 4 persen, pertumbuhan industri ritel bisa meningkat. Sebab, dengan inflasi yang terkendali maka daya beli konsumen akan meningkat.
"Tahun ini, kita syukuri bahwa kita bisa mencapai setengahnya dari tahun lalu sehingga kita memiliki, daya beli konsumen cukup bagus. Inflasi ini faktor yang memengaruhi harga, ketika inflasi tinggi berarti Rupiah tergerus tinggi. atau sebaliknya. Sehingga nilai dari suatu barang tentunya lebih baik ketika inflasi rendah," jelasnya.
Selain itu, harga listrik, gas, dan minyak di tahun ini juga relatif lebih stabil dibanding tahun lalu. Bahkan, industri ritel juga mengalami gejolak saat bulan puasa, sehingga memengaruhi pertumbuhan industri.
Kemudian, menurunnya suku bungan Bank Indonesia (BI rate) sebanyak tiga kali hingga menyentuh angka 6,75 persen juga menjadi faktor meningkatkan pertumbuhan industri ritel. Sebab, BI rate sangat menentukan faktor pinjaman setiap masyarakat Indonesia.
"Terjadi relaksasi karena BI rate turun, sehingga bunga pinjaman yang sebelumnya 10-12 persen, sekarang cenderung ke 9 persen. Bahkan target pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter untuk semakin memperkuat kebijakan moneter ini, sehingga BI rate tahun depan harapannya bisa turun lagi," ujarnya.
Baca juga:
Swalayan menjamur di Surabaya, DPRD kasih rapor merah Disperindagin
Mau cepat kaya, 5 bisnis ini bisa Anda jalankan di 2017
Starbucks tambah 12.000 gerai baru
Arab Saudi ambil alih 390 gerai McDonald's di Singapura & Malaysia
Raih penghargaan, Alfamart ingin terus tambah gerai di luar negeri
September-Oktober, pendapatan pengusaha ritel anjlok
Alfamart raih penghargaan Waralaba Indonesia 2016