Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia Sangat Lambat, Bappenas Beberkan Buktinya
PISA menyebut peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.
PISA menyebut peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.
Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia Sangat Lambat, Bappenas Beberkan Buktinya
Peningkatan Kualitas Pendidikan Sangat Lambat, Bappenas Beberkan Buktinya
Sumber Daya Manusia (SDM) unggul menjadi kunci dasar untuk melakukan transformasi demi mewujudkan Indonesia emas 2045. Sayangnya, Indonesia saat ini sedang berhadapan dengan permasalahan di bidang SDM. Padahal ini menjadi modal dasar pembangunan suatu negara. Salah satunya, dilihat dari capaian hasil skor Programme for Internasional Student Assessment (PISA).
PISA merupakan capaian skor untuk mengukur kemampuan anak-anak usia 15 tahun di bidang membaca, matematika, dan sains. PISA menyebut peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat. Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan skor PISA Indonesia masih di bawah 500 yakni 371, atau berada di ranking ke-72.
"Bayangkan PISA skor Indonesia itu masih dibawah 500, jadi terakhir sekitar 371, ranking ke-72,"
kata Amalia dalam Seminar Beasiswa LPDP di Jakarta, Kamis (27/7).
Sementara itu, rata-rata skor PISA negara lain di atas 500, seperti Vietnam yang sudah mencapai 500 lebih.
"Vietnam sudah bisa mencapai 500 lebih dan negara-negara maju pada umumnya level atau skor dari PISA adalah sekitar 500," kata Amalia.
Permasalah SDM lainnya terkait dengan jumlah lulusan Science, Technology, Engineering and Math (STEM), dan jumlah tenaga kesehatan dokter berkualitas di Indonesia.
Presentase lulusan jurusan STEM di Indonesia masih rendah dibanding dengan negara lain. Indonesia hanya 18,5 persen.
Sedangkan Vietnam 23,38 persen, Thailand 27,31 persen, India 31,41 persen, Singapura 34,30 persen, dan Malaysia 37,19 persen.
"Kalau kita lihat bagaimana persentase jumlah lulusan STEM kita dibandingkan dengan negara lain, terutama dengan Malaysia negara tetangga, Singapura, bahkan India kita masih jauh lebih rendah hanya 18,5 persen," ujar Amalia.
Negara Paling Royal Kirim Mahasiswa Kuliah ke Luar Negeri
Kemudian, India mengirimkan sebanyak 189.000 pelajar untuk belajar di luar negeri. Lalu Jerman mengirimkan 100.000 pelajar. Kendati demikian, Bappenas mengapresiasi kehadiran LPDP yang bisa mendorong pelajar-pelajar Indonesia meraih kesempatan untuk bersekolah di luar negeri.
"Terimakasih LPDP, karena ini cikal bakal kita untuk kemudian kita memperkuat SDM kita," kata Amalia
"Dengan belajar di luar negeri itu kita belajar sesuatu yang baru. Belajar untuk menjadi negara lebih maju, belajar untuk memberikan kontribusi yang baik untuk bangsa di masa depan,"
pungkas Amalia.