Perang dengan Hamas, Ekonomi Israel Terpuruk dan Utang Menumpuk
Utang Israel diperkirakan akan meningkat tajam, yang akan membuat perekonomian Israel terpukul.
Jika perang terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi Israel akan terus melambat hingga ke tingkat tahunan, sebesar 2,3 persen pada 2023.
Perang dengan Hamas, Ekonomi Israel Terpuruk dan Utang Menumpuk
Perang dengan Hamas, Perekonomian Israel Berantakan dan Utang Menumpuk
Perang antara Israel dan Hamas diyakini berdampak pada pertumbuhan perekonomian Israel yang semakin melambat.
Defisit anggaran Israel juga akan semakin meningkat. Sebab, negara tersebut menambah pengeluaran yang digunakan untuk mendukung kebutuhan militer untuk berperang.
Hal tersebut disampaikan oleh Bank of Israel dilansir dari nytime.com, Selasa(24/10)
- Ekonomi Israel Anjlok Akibat Perang Melawan Hamas Palestina, Begini Kondisinya
- Disebut Negara Maju, Bagaimana Sebenarnya Kondisi Perekonomian Israel?
- Ekonomi Israel Terguncang Akibat Gerakan Boikot di Berbagai Negara Dunia
- Fakta Ekonomi Palestina Bergantung Israel, Banyak Warga Gaza Bekerja pada Israel Meski Upah di Bawah Standar
Perang yang terjadi antara Israel dengan Hamas menyebabkan banyaknya tempat-tempat usaha yang terpaksa menghentikan aktivitas. Selain itu banyak masyarakat yang berada di tempat pengungsian. Hal ini juga akan mempengaruhi jalannya perekonomian negara Israel.
Jika perang terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi Israel akan terus melambat hingga ke tingkat tahunan, sebesar 2,3 persen pada 2023.
Gubernur Bank of Israel Amir Yaron mengatakan, bahwa Israel tahu bagaimana menghadapi masa-masa sulit seperti sekarang, dia yakin bahwa semua akan kembali membaik.
"Kami tahu bagaimana memulihkan masa-masa sulit di masa lalu, dan saya yakin hal ini juga akan terjadi saat ini," kata Amir dilansir dari Nytime.com, Selasa(24/10).
Meskipun pertumbuhan perekonomian Israel mulai melambat, tetapi Israel masih memiliki utang yang rendah, surplus transaksinya juga masih berjalan, dan memiliki cadangan devisa yang tinggi.
Laporan Bank of Israel menyampaikan bahwa pasar perekonomian Israel terus berfungsi, dan aktivitas ekonomi yang ada di negara ini masih mampu untuk berjalan.
merdeka.com
Meskipun demikian, Shekel yang merupakan mata uang Israel telah berada dalam keadaan menurun sejak awal tahun ini. Nilai Shekal telah mengalami kemerosotan hingga pada titik rendah.
Bank of Israel telah mengalokasikan Sebesar USD 30 miliar untuk membiayai penurunan mata uang Israel. Shekal mengalami penurunan hingga 0,1 persen terhadap dolar Amerika atau USD.
Utang Israel diperkirakan akan meningkat tajam, yang akan membuat perekonomian Israel terpukul. Hal tersebut membuat masyarakat Israel juga mengalami krisis keuangan sehingga mengurangi konsumsi belanja mereka.
Untuk menangani permasalahan tersebut, bank sentral telah berjanji untuk mengeluarkan dana yang digunakan untuk mendukung masyarakat dalam dunia usaha.
Pemerintah juga akan menawarkan pinjaman untuk usaha kecil. Kebijakan yang dijalankan tersebut, diharapkan mampu membantu perekonomian yang ada di Israel tetap stabil.