Pergerakan Bitcoin Tunjukkan Tanda Kematangan, Berpotensi Jadi Safe Haven Asset
Keberadaan ETF Bitcoin Spot mempermudah trader saham untuk berinvestasi dalam Bitcoin.
Pada Jumat (11/1) setelah pengumuman persetujuan ETF, harga Bitcoin mencapai angka USD 47.642.
Pergerakan Bitcoin Tunjukkan Tanda Kematangan, Berpotensi Jadi Safe Haven Asset
- Membongkar Penyebab Anjloknya Harga Bitcoin Setelah Pengumuman Suku Bunga The Fed
- Harga Bitcoin Terkoreksi, Ternyata Ini Pemicunya
- Peluncuran ETF Bitcoin dan Ethereum Pertama di Asia, Beri Sinyal Positif ke Industri Keuangan Tradisional
- ETF Bitcoin Spot Disetujui AS, Jadi Sinyal Positif Industri Kripto Global
CEO Indodax, Oscar Darmawan menyebut, pergerakan harga Bitcoin mengalami perubahan dinamis dan mulai menunjukkan tanda-tanda kematangan serta berpotensi menjadi safe haven asset.
"Lahirnya ETF (exchange traded fund), regulasi mengenai kripto yang semakin tertata di Indonesia maupun global, adanya instrumen derivatif, serta partisipasi institusi semakin signifikan membuat fluktuasi pergerakan harga bitcoin menjadi lebih stabil. Terlebih, jika nantinya dana institusi seperti dana pensiun sudah mulai masuk," ucap Oscar dikutip dari Antara.
Menurut dia, adanya ETF Bitcoin Spot membuat likuiditas Bitcoin semakin luas dan berpotensi membawa dampak positif terhadap harga Bitcoin di masa depan. Keberadaan ETF Bitcoin Spot turut memudahkan para trader dalam aktivitas jual beli Bitcoin, sehingga disimpulkan kehadiran ETF Bitcoin Spot memperluas likuiditas Bitcoin.
Pada Jumat (11/1) setelah pengumuman persetujuan ETF, harga Bitcoin mencapai angka USD 47.642. Namun, pada Selasa (23/1), harga Bitcoin turun menjadi USD 39.718 atau setara dengan Rp621,8 juta.
Oscar menganggap penurunan tersebut hanya dinamika fluktuatif aset kripto yang dipicu oleh aksi taking profit dari pasar, terutama karena pada tahun 2023 terjadi kenaikan harga Bitcoin sebanyak dua kali lipat.
Dia juga menyatakan ETF Bitcoin Spot dinantikan oleh banyak trader saham.
"ETF Bitcoin Spot dan bursa kripto memiliki demografi pasar yang berbeda. Pasar ETF Bitcoin Spot diisi oleh institusi dan pelaku saham, sedangkan bursa kripto diisi oleh individu. Oleh karena itu, keberadaan ETF Bitcoin Spot mempermudah trader saham untuk berinvestasi dalam Bitcoin. Bahkan, hanya dalam satu hari setelah diluncurkan, total transaksi mencapai USD 4,6 miliar. Setelah lima hari, total transaksi ETF Bitcoin Spot mencapai USD 11 miliar," ungkapnya.
Selain itu, disampaikan pula ETF Bitcoin Spot pertama akan hadir di Asia. Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong (Securities and Futures Commission/SFC) dilaporkan menerima permohonan ETF Bitcoin Spot yang terjadi hanya beberapa minggu setelah SEC menyetujui ETF BTC Spot pertama di AS.
Karena itu, tidak menutup kemungkinan negara lain juga akan mengikuti jejak yang sama seperti Hong Kong, termasuk di Indonesia.
Oscar juga menyebutkan bahwa Indonesia masih memiliki ‘pekerjaan rumah’ yang besar untuk memperkenalkan ETF Bitcoin Spot. Namun, tidak menutup kemungkinan kehadiran ETF Bitcoin Spot di Indonesia.
"Peraturan di Indonesia terkait ETF masih perlu disempurnakan. ETF dapat dibentuk dengan berbagai sistem dan tidak hanya untuk satu komoditas. Bisa jadi nanti di masa depan, satu ETF dapat mencakup beberapa komoditas, seperti kripto, emas, dan saham. Oleh karena itu, penting untuk menyelesaikan regulasi sebagai dasar dari keberadaan ETF ini,” kata dia.
Dalam menghadapi halving Bitcoin yang semakin mendekat, dilaporkan para pelaku industri kripto dan analis pasar sibuk meramalkan pergerakan harga Bitcoin di tahun 2024.
Setelah mengalami penurunan, harga Bitcoin kembali menguat 13,11 persen selama seminggu terakhir. Per hari ini, harga Bitcoin menyentuh USD 48.175.
"Kenaikan ini merupakan salah satu efek positif dalam menuju halving Bitcoin. Peningkatan ini juga tidak hanya mencerminkan daya tarik dan kepercayaan pelaku pasar terhadap Bitcoin, tetapi juga memberikan harapan positif terkait potensi penurunan pasokan yang akan terjadi akibat halving," ujar CEO Indodax.