Pernah Jadi Jutawan, Sekarang Kakek Ini Bertahan Hidup dengan Memulung Sampah
Chen lahir dalam keluarga terpandang. Dia merupakan cucu dari penyair China terkenal Chen Qubing.
Bagaimana jadinya jika hidup terbiasa bergelimang harta dan kekayaan, kemudian harus mengumpulkan sampah demi menopang hidup? Hidup seperti inilah yang dirasakan oleh Chen.
Dilansir dari VnExpress International, di usia masih muda, Chen merupakan pengusaha sukses yang meraup 400.000 Yuan atau setara Rp867 juta dalam 25 hari. Dia juga memiliki dua rumah di Shanghai. Kini, di usia yang hampir 80 tahun, dia harus bertahan hidup dengan memungut sampah di jalanan kota.
- Remaja Ini Cacat Seumur Hidup Setelah Dihukum Lompat Jongkok 1.000 Kali Oleh Gurunya
- Banyak Anak Muda di China Menganggur, Sulit Dapat Kerja Bergaji Tinggi
- Temuan 'Tulang Naga' di China Ungkap Manusia Purba Punya Kesukaan yang Sama dengan Manusia Zaman Sekarang
- Diwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau
Menurut Bendi News, sebuah video Chen yang sedang memulung di taman Shanghai menjadi viral pada akhir Juli membuat penonton terkejut. Sebab seorang jutawan yang dulunya terkemuka telah jatuh ke kondisi seperti itu.
Chen lahir dalam keluarga terpandang. Dia merupakan cucu dari penyair China terkenal Chen Qubing.
Pada usia 25, ia menikah dan memulai bisnis sendiri pada tahun 1993, meraih kesuksesan yang pesat. Pada akhir 1990-an, Chen telah membeli dua rumah besar di dekat Sungai Huangpu. Lokasi tersebut merupakan salah satu lokasi paling diminati di Shanghai, dengan aset senilai puluhan juta yuan.
Awal Kesengsaraan Chen
Namun, hidupnya berubah drastis pada tahun 2001. Di bawah tekanan dari kerabat di Amerika Serikat, ia menjual propertinya dan beremigrasi, dengan tujuan untuk memberikan pendidikan yang lebih baik kepada putranya.
Chen percaya keberhasilan putranya dalam pendidikan akan membawa kehormatan lebih jauh bagi warisan keluarga mereka, mengikuti jejak kakeknya.
Namun, masa tinggal Chen di luar negeri penuh dengan kesulitan. Ia berjuang untuk beradaptasi, mengalami perceraian, dan menjadi terasing dari putranya. Kondisi ini pun akhirnya menyebabkannya Chen terusir keluar dari rumah.
Pada tahun 2012, pada usia 58 tahun, Chen diam-diam kembali ke China, karena tidak melihat masa depan di Amerika. Saat kembali di Shanghai, Chen mendapati dirinya tanpa kewarganegaraan, tabungan, atau rumah. Ia sekarang hanya memperoleh 27-28 yuan sehari dengan menjual barang-barang daur ulang.
Meskipun kesehatannya memburuk, ditandai dengan gigi yang hilang, rangka tubuh yang rapuh, dan mata cekung, ia terus tidur di taman selama musim panas dan di stasiun kereta api di musim dingin.
"Saya bisa mengatasinya dengan menanggung sedikit kesulitan," kata Chen.
Enggan Kembali ke Keluarga karena Malu
Dalam sebuah video yang dibagikan di Weibo, Chen mengungkapkan ia belum menghubungi putranya sejak kembali ke Shanghai.
"Mereka tidak tahu di mana saya berada, dan saya tidak akan memberi tahu mereka," kata Chen.
Dia pun bersikukuh tidak ingin menghubungi keluarga karena kondisinya yang sudah jatuh.
"Saya sedang tidak dalam keadaan baik sekarang," ungkap Chen.
Harapan terbesar Chen yakni menerima tunjangan untuk para lansia tanpa dukungan keluarga. Namun, upayanya untuk mencari bantuan dari berbagai lembaga menemui kendala.
Beberapa orang menolak memberikan bantuan karena Chen tidak memiliki izin tinggal resmi. Green card miliknya yang telah kedaluwarsa juga mencegahnya untuk kembali ke Amerika.
Ketika ditanya apakah ia akan kembali ke AS jika putranya menemukannya, Chen menjawab dengan tenang, "Saya tidak akan kembali".