Pernah Tak Mampu Menafkahi Istri, Aji Bangkit Jualan Kepiting hingga Punya Warung Makan Beromzet Rp150 Juta per Bulan
Aji pernah berada dalam ekonomi yang sangat terpuruk hingga tak mampu menafkahi istri.
Aji pernah berada dalam ekonomi yang sangat terpuruk hingga tak mampu menafkahi istri.
Pernah Tak Mampu Menafkahi Istri, Aji Bangkit Jualan Kepiting hingga Punya Warung Makan Beromzet Rp150 Juta per Bulan
Kisah Aji Jualan Kepiting hingga Punya Warung Makan Beromzet Rp150 Juta
Bekerja di hotel selama lima tahun, dirasa sudah cukup bagi Aji Abdur Rahman untuk merintis bisnis sendiri.
Meski sekarang sudah memiliki dua cabang warung makan kepiting, Aji pernah berada dalam ekonomi yang sangat terpuruk hingga tak mampu menafkahi istri.
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube Pecah Telur, Aji bercerita, bisnis kuliner memang sudah menjadi latar belakang keluarganya.
Sang ibu memiliki usaha katering. Sementara Aji bekerja di dapur hotel sebagai juru masak.
Satu waktu, bisnis sang ibu terancam tutup karena tidak ada lagi yang meneruskan usaha tersebut.
Ini karena anak-anaknya telah memilih bidang pekerjaan lain.
"Akhirnya saya berpikir sayang kalau bisnis ibu berhenti, dan saya pikir mungkin lima tahun sudah cukup bagi saya untuk bekerja di kitchen (dapur),"
kata Aji dikutip pada Kamis (2/11).
Dengan modal awal Rp5 juta, Aji kemudian berhenti bekerja dan memulai untuk merintis kuliner dengan konsep kedai kaki lima. Karena spesialisasi Aji adalah makanan western, di awal usahanya itu, menu yang ditawarkan di kedai seputar burger dan makanan Barat lainnya.
Satu tahun membuka usaha kedai, waktu Aji terkuras habis.
Dia tidak memiliki waktu meski hanya satu jam untuk bercengkrama dengan keluarganya. Aktivitasnya berkutat pasar, kedai, pasar.
"Saya pikir kasihan Mas Aji omset hanya Rp700.000 per hari tapi dia 24 jam bekerja, enggak ada waktu. Saya pikir mungkin lebih baik pindah ke ruko,"
kata istri Aji.
Kepindahan Aji dari kedai kaki lima ke ruko dibantu modal dari uang istri.
Saat itu, Aji cukup dilema karena merasa usaha yang dia jalankan justru malah membebani sang istri.
Meski demikian, istri Aji terus menerus menguatkan Aji agar tetap konsisten dalam usaha kuliner tersebut.
Keduanya saling bertukar pikiran.
Selama pindah ke ruko, omsetnya terus menurun. Aji berada di ujung titik putus asa.
Merasa memiliki usaha sendiri bukanlah takdirnya. Namun, anggaran itu ditepis oleh sang istri.
Sang istri memberi usulan agar menu yang dijual bukan menu barat melainkan seafood.
Saat itu Aji didorong untuk mengutamakan kepiting.
Aji termenung. Dia keberatan dengan usulan sang istri, lantaran dia merasa kemampuan memasaknya bukan pada masakan laut.
Namun, ia mencoba saran tersebut dan mulai menjajal segala cita rasa tentang makanan laut.
Keputusan Aji membuka rumah makan kepiting rupanya menjadi jawaban segala perjuangan Aji.
Pengunjung rumah makannya yang berada di Yogyakarta sangat membludak.
Bahkan saat itu, Aji tidak mempromosikan lewat media sosial.
Omzet dari rumah makan yang di beri nama Kepiting Bang Jai, terus meningkat.
Dalam sehari, dia bisa meraup omzet Rp5 juta atau bahkan lebih.