Petani terabaikan, Guru Besar IPB pesimistis RI swasembada pangan
Penghasilan petani masih lebih rendah ketimbang upah minimum provinsi di Indonesia.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Sentosa pesimistis pemerintahan saat ini bisa mewujudkan swasembada pangan. Sebab, petani sebagai garda terdepan dalam mewujudkan produksi pangan berkecukupan masih hidup memprihatikan.
"Saya pesimistis. Bagi saya bagaimana menjamin kepentingan petani kecil. Kita fokus petani, dimana 20-30 tahun terakhir ini diabaikan. Jadi kondisinya sudah lampu merah gelap," katanya dalam dikusi 'Pangan Kita' yang digagas merdeka.com, Ikatan Jurnalis Televisi (IJTI), dan Institut Komunikasi Nasional (IKN), Jakarta, Senin (25/5).
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Pangeran Antasari wafat? Saat menjadi Sultan Banjar, Pangeran Antasari terus melanjutkan perjuangannya melawan Belanda. Di tengah perlawanan tersebut, Pangeran Antasari jatuh sakit terserang penyakit cacar dan paru-paru hingga akhirnya wafat pada 11 Oktober 1862.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan makam Ki Pandanaran dipindah? Konon sebelum dipindah ke daerah Mugas, makam Ki Pandanaran berada di Bergota. Makam itu kemudian dipindah sekitar tahun 1980.
Dia menyebut, penghasilan petani masih lebih rendah ketimbang upah minimum provinsi di Indonesia. Sebagai ilustrasi, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, upah minimum terendah tahun ini terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur, sebesar Rp 1,25 juta per bulan. Nah, penghasilan petani rata-rata hanya sekitar Rp 1,030 juta per bulan.
"Kita lihat nilai tukar petani ini turun. Padahal inflasi sudah mencapai 21 persen dalam tiga tahun terakhir," terangnya.
Parahnya, menurut Dwi, pemerintah lebih mementingkan perkebunan ketimbang pertanian. Ini dibuktikan dengan perluasan lahan kebun sawit lebih cepat ketimbang persawahan.
"Perluasan perkebunan selama 25 tahun meningkat 144 persen. Sedangkan sawah hanya meningkat 2,6 persen," ungkapnya.