Posyandu di Tangerang Bikin Presiden Bank Dunia Ajay Banga Takjub, Ada Apa?
Dalam kunjungannya, Ajay Banga ditemani Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Dalam kunjungannya, Ajay Banga ditemani Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Posyandu di Tangerang Bikin Presiden Bank Dunia Ajay Banga Takjub, Ada apa?
Posyandu di Tangerang Bikin Presiden Bank Dunia Ajay Banga Takjub
Presiden Bank Dunia Ajay Banga mengunjungi posko posyandu di Polindes Serdang Kulon, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang, Kamis (7/9).
Kunjungan tersebut untuk memastikan dana penanganan stunting yang diberikan Bank Dunia kepada Indonesia sebesar USD400 juta atau setara Rp6,1 triliun pada tahun 2018 lalu.
Dana pinjaman tersebut kemudian dikelola Kementerian Kesehatan untuk mengatasi masalah stunting di Tanah Air.
- Presiden Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Cukup Baik saat Perekonomian Global Gelap
- Kunjungi RI, Presiden Bank Dunia Bakal Bahas Infrastruktur Hingga SDM dengan Jokowi
- Gokil! Bos BCA Pamerkan Dompet Pribadinya, Isinya Bikin Orang Melongo Tak Berkutik
- Berapa Gaji Presiden Sukarno? Ini Pengakuannya Langsung
Dalam kunjungannya, Ajay Banga ditemani Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Usai bertemu para kader Posyandu dan warga, Ajay mengaku terpukau dengan progres penanganan stunting di Indonesia. Menurutnya, terjadi penurunan angka stunting cukup signifikan dalam beberapa tahu terakhir.
"Berapapun angka yang Anda capai, Anda telah memperbaiki kehidupan anak-anak, memperbaiki generasi yang akan datang," kata Ajay di Tangerang, Banten, Kamis (7/9).
Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia berhasil menurunkan angka stunting dari 31,4 persen pada 2018 menjadi 21,6 persen di 2022.
Di tahun 2024 nanti Pemerintah menargetkan penurunan stunting menjadi 14 persen.
merdeka.com
Mantan bankir ini juga sangat terkesan dengan pelibatan kader atau sukarelawan termasuk tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam program penanganan stunting. Menurutnya hal ini sangat langka dan baru ditemui di Indonesia.
"Membuka kekuatan kesukarelawanan, melibatkan kekuatan tokoh agama, tokoh masyarakat, itu adalah kekuatan multi efek yang bisa saya ambil dan pelajari," kata Ajay.
Ajay mengatakan penanganan stunting di salah satu desa ini akan dibawa ke tingkat internasional.
Mengingat tugas Bank Dunia bukan hanya memberikan uang kepada negara yang membutuhkan dana tetapi juga memberikan informasi penanganan masalah.
"Tugas kami, Bank Dunia, tidak hanya memberikan uang tapi juga berbagi keberhasilan, pengetahuan. Jadi apa yang saya pelajari di sini adalah kesukarelawanan,"
kata Ajay.
"Jika hanya pemerintah yang melakukannya, bisa saja Anda berhasil. Tapi jika melibatkan warga, Anda akan mendapat capaian yang jauh lebih baik," kata Ajay.
Tak hanya itu, dia mengaku terkesan dengan program pemerintah yang mengatasi stunting sejak 1000 hari pertama kehidupan bayi yang baru lahir. Program ini memperhatikan akses nutrisi sampai perawatan kesehatan serta mengukur progers kesehatan bayi.
Termasuk di dalamnya mengedukasi para ibu untu menyiapkan makanan bernutrisi untuk anak-anaknya.
"Semakin banyak yang bisa kami lakukan untuk membantu Anda, membuat setiap rupiah mengalir sampai warga paling bawah, itu yang akan kami lakukan," kata Ajay.
Ajay juga memuji Menteri Kesehatan, Budi Gunadi yang mengedepankan teknologi dalam penanganan stunting.
Menurutnya, ini semakin mempermudah kader dalam memberikan pelatihan atau pelayanan kepada warga.
"Dia (Menkes) punya ambisi bagus untuk menggunakan teknologi dalam pelatihan, menggunakan teknologi dalam tracking money. Bagaiaman uang itu digunakan, apakah digunakan dengan layak, apakah langsung menyentuh warga," kata Ajay.
Ajay mengatakan program penanganan kesehatan terbesar Bank Dunia ada di Indonesia.
Terbaru pada Juni 2023, Bank Dunia kembali mencairkan pendanaan untuk mengatasi stunting sebesar USD600 juta atau setara Rp9,2 triliun.
Berdasarkan data Bank Dunia, dana sebesar Rp6,1 triliun yang digelontorkan pada 2018 telah membantu 8 juta penerima manfaat setiap tahun.
Para penerima manfaat ini terdiri dari ibu hamil, anak-anak di bawah usia 2 tahun, dan bantuan untuk bayi baru lahir dalam program '1000 Hari Pertama Kehidupan'. Sebanyak 8 juta penerima manfaat ini tersebar di 514 distrik dan 75.000 desa di seluruh Indonesia.