Indonesia Utang Rp6 Triliun ke Bank Dunia untuk Proyek Rehabilitasi Bakau
Presiden Bank Dunia Ajay Banga memulai kunjungan ke Indonesia selama 4 hari.
Bank Dunia menggelontorkan pinjaman USD400 juta atau sekitar Rp6 triliun ke pemerintah Indonesia untuk proyek rehabilitas bakau.
Indonesia Utang Rp6 Triliun ke Bank Dunia untuk Proyek Rehabilitasi Bakau
Selain pendanaan dalam bentuk utang atau pinjaman, Bank Dunia juga menyalurkan hibah sebesar USD19 juta atau sekitar Rp289,6 miliar untuk proyek yang sama.
Seluruh dana ini akan disalurkan ke 650.000 warga pesisir di 320 desa dari empat provinsi.
Presiden Bank Dunia, Ajay Banga menyampaikan, dana yang digelontorkan tersebut hanya permulaan.
Bank Dunia akan melihat sejauh mana proyek ini berjalan dan memberikan manfaat bagi warga sekitar.
Jika berhasil, maka pihaknya akan mempertimbangkan untuk mereplikasi proyek ini dan meningkatkan pendanaan.
Menurut data Bank Dunia, luas lahan bakau di dunia saat ini seluas sekitar 3,4 juta hektar dan 20 persen dari seluruh bakau yang ada di dunia berada di Indonesia.
Dalam 20 tahun terakhir, Indonesia kehilangan hampir 13.000 hektare lahan bakau setiap tahunnya.
Penyebabnya ada banyak faktor, termasuk permintaan global akan beragam produk, seperti udang (yang kerap dibudidayakan di kawasan yang sebelumnya ditumbuhi bakau) serta kurangnya pemahaman mengenai nilai ekonomis bakau.
Ajay Banga menyampaikan, bakau sangat penting untuk ekologi karena menyerap jauh lebih banyak karbon daripada jenis pohon lainnya.
Di samping itu, bakau juga bernilai ekonomis dan menjadi mata pencaharian bagi warga pesisir, seperti yang dia temui saat berkunjung ke Teluk Naga, Tangerang, Senin (4/9).
Di Teluk Naga, Ajay Banga bertemu dan ngobrol dengan warga pesisir yang terdampak proyek rehabilitasi bakau.
Dia terkesan dengan ibu-ibu yang bisa menambah penghasilan dari bertanam bibit bakau dan mengolah buah atau biji bakau menjadi produk seperti batik dan aneka makanan.
"Jadi menurut saya bakau tidak hanya persoalan erosi dan karbon, tapi juga mengubah hidup keluarga," ujarnya usai berkunjung ke Teluk Naga.
Menurutnya, menghidupkan lahan bakau tidak hanya bermanfaat bagi warga sekitar, tapi juga bisa berdampak global dalam mengatasi perubahan iklim.
Data Bank Indonesia menunjukkan, hutan bakau Indonesia menyimpan 3,14 miliar ton CO2 (dikenal dengan sebutan blue carbon), atau setara dengan emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan oleh sekitar 2,5 miliar kendaraan bermotor yang dikendarai
selama setahun.
Proyek dari Bank Dunia ini dirancang untuk mendukung Program Rehabilitasi Mangrove Pemerintah yang ditargetkan untuk merehabilitasi bakau seluas 600.000 hektar hingga tahun 2024.
Pada tahap awal, proyek ini difokuskan di empat provinsi yang kerusakan lahan bakaunya sangat parah seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sumatera Utara, dan Riau.
"Rehabilitasinya kita lakukan di daerah-daerah yang rusaknya berat seperti di Kalimantan Utara, kemudian sebagian di Bangka Belitung, Riau," kata Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya Bakar saat mendampingi Presiden Bank Dunia.