PT Bukit Asam gandeng 3 perusahaan terapkan teknologi gasifikasi batubara
Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengkonversi batu bara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses Iebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik.
PT Bukit Asam Tbk menandatangani kesepakatan hilirisasi batubara dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Melalui penandatanganan ini, batubara dari PT Bukit Asam Tbk nantinya akan diubah melalui teknologi gasifikasi menjadi produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengkonversi batu bara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses Iebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik.
-
Apa yang ditemukan di Kawasan Industri Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Apa saja yang dihasilkan dari proses produksi di Pabrik Kina Bukit Unggul? Setelah kina kering, langkah selanjutnya dibawa ke mesin pencacah hingga menjadi serbuk halus atau tepung kina dan siap dipacking.
-
Bagaimana cara penambang di Banyumas mengumpulkan batu emas? Batu-batu yang dikumpulkan para penambang kemudian dimasukkan ke dalam karung lalu ditarik ke atas dengan tali kerek. Di atas, batu-batu tersebut dihancurkan secara manual menggunakan palu, lalu dimasukkan ke mesin penggiling untuk dihancurkan kembali sampai halus.
-
Kapan produksi tambang batu bara di Sawahlunto meningkat? Pada tahun 1892, produksi tambang batu bara Sawahlunto meningkat hingga mencapai 48.000 ton.
-
Bagaimana PT Adaro Indonesia memulai usahanya di bidang pertambangan batubara? Dengan meningkatnya fokus pada batubara, pada tahun 1976 Departemen Pertambangan membagi Kalimantan Timur dan Selatan menjadi 8 blok batubara dan mengundang tender untuk blok-blok tersebut. Perusahaan Pemerintah Spanyol Enadimsa menawar Blok 8 di Kabupaten Tanjung Kalimantan Selatan, karena batu bara diketahui ada di kabupaten tersebut dari singkapan yang dipetakan oleh ahli geologi Belanda pada tahun 1930-an dan dari persimpangan di kedalaman sumur minyak yang dibor oleh Pertamina pada tahun 1960-an.
-
Bagaimana proses terbentuknya minyak bumi? Akhirnya, setelah jutaan tahun berada dalam lingkungan yang bertekanan tinggi dan rendah oksigen, ganggang dan plankton mengalami perubahan wujud menjadi cairan minyak hitam yang lengket.
"Kami ingin menciptakan nilai tambah, mentransformasi batubara menjadi ke arah hilir dengan teknologi gasifikasi, dengan menciptakan produk akhir yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan sekadar produk batubara. Dengan demikian, hal ini diharapkan akan semakin menguntungkan perusahaan," ungkap Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Ariiin, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat (8/12).
Setelah penandatanganan perjanjian ini, Bukit Asam bersama Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Chandra Asri Petrochemical akan mempersiapkan pelaksanaan BankabIe-FS (studi kelaiakan), amdal, dan persiapan pendanaan untuk selanjutnya melakukan proses pengadaan Engineering Procurement Construction (EPC).
Untuk menunjang kerja sama ini, akan dibangun pabrik pengolahan gasifikasi batubara pada Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) yang berada di mulut tambang batubara Tanjung Enim, Sumatera Selatan. BACBIE akan berada pada satu lokasi yang sama dengan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8.
Pembangunan pabrik péngolahan gasifikasi batubara sendiri direncanakan mulai beroperasi pada November 2022. Diharapkan produksi dapat memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun dan 450 ribu ton Polypropylene per tahun.
Dengan target pemenuhan kebutuhan sebesar itu, diperkirakan kebutuhan batubara sebagai bahan baku sebesar 9 juta ton per tahun termasuk untuk mendukung kebutuhan batubara bagi pembangkit listriknya.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Aas Asikin ldat mengatakan, adanya kerja sama ini diharapkan memberikan hasil terbaik dalam rangka sinergi antar BUMN, serta berharap batubara yang dimanfaatkan dapat digunakan menjadi bahan baku urea.
"Melalui kerja sama ini, industri pupuk berharap dapat memanfaatkan batubara sebagai pengganti gas dan bahan baku pupuk urea," tegasnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Erwin Ciputra menambahkan Polypropylene berbasis batubara ini dapat membantu Indonesia dalam memenuhi kebutuhan Polypropylene domestik.
"Saat ini, produksi Polypropylene belum mencukupi kebutuhan dalam negeri sehingga ketjasama ini akan mengurangi impor yang jumlahnya masih besar dan terus meningkat," tambahnya.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manejemen RIS PT Pertamina Gigih Prakoso menegaskan kerja sama ini adalah langkah strategis bagi semua pihak, untuk kepentingan ketahanan energi nasional, dalam pemanfaatan (DME) sebagai bahan bakar, serta pengembangan bisnis petrokimia hasil olahan dari batubara.
"Kita akan memanfaatkan sumber daya di dalam negeri yang belum termanfaatkan berupa low rank coal yang ketersediaannya sangat melimpah hingga 50 tahun ke depan," ungkapnya.
Diharapkan dengan kerja sama ini dapat memberikan nilai tambah batubara sehingga batubara tidak hanya dijual sebagai produk akhir, tetapi dijadikan sebagai bahan baku. Diharapkan pula dengan kerja sama ini juga dapat meningkatkan sinergi antar BUMN, dan mampu menciptakan efisiensi dalam industri batubara, gas, pupuk dan kimia.
Baca juga:
Timah siap berbagi kantor cabang luar negeri dengan Antam dan Inalum
Antam lepas PLTU Pomalaa Rp 3 triliun kepada Bukit Asam
Holding BUMN Tambang resmi terbentuk
Jalan panjang pembentukan Holding BUMN Tambang
Laba PT Bukit Asam melesat 242 persen jadi Rp 1,72 triliun