PTPN Group Kembangkan Sistem BULE Dukung Swasembada Pangan
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) terus melakukan riset dan pengembangan untuk mendukung dan mensukseskan Program Swasembada Pangan Nasional.
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) terus melakukan riset dan pengembangan untuk mendukung dan mensukseskan Program Swasembada Pangan Nasional. Salah satunya, meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan tebu sekaligus meningkatkan produksi kedelai melalui pilot project tumpang sari (intercropping) Tebu -Kedelai atau dikenal dengan Sistem BULE.
Gagasan ini diinisiasi oleh Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di mana dari luasan area yang dimiliki PTPN turut memberikan andil dalam meningkatkan produksi kedelai di Indonesia dan khususnya produksi tebu untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi nasional. Untuk mengawal kesuksesan pengembangan ini PTPN Group bekerja sama dengan perguruan tinggi yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Siapa Paulus Pandjaitan? Paulus putra dari Menko Luhut ini ternyata mengikuti jejak ayahnya yang meniti karier di bidang kemiliteran. Siapa yang tak kenal Luhut Binsar Pandjaitan? Selain menjabat sebagai Menteri Menko Marves, ia juga memiliki karier mentereng di bidang kemiliteran. Anak sulungnya, Paulus Pandjaitan rupanya mengikuti jejak karier sang ayah.
-
Kapan Panglima TNI menerima penghargaan? Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dianugerahi penghargaan Meritorious Service Medal dari Pemerintah Singapura.
-
Kapan Prabowo Subianto menjabat sebagai Menteri Pertahanan? Menteri Kementerian Pertahanan (2019-sekarang)
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
Direktur Produksi dan Pengembangan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mahmudi mengatakan, pilot project sistem tumpang sari BULE akan dilakukan di areal PTPN Group seluas 50 Hektare di empat titik lokasi, yaitu di PTPN VII, PTPN IX, PTPN X dan PTPN XI. Total areal yang dikerjasamakan seluas 50 ha, yaitu antara UGM dan PTPN IX, X, dan XI.
"Selanjutnya kami akan bekerja sama dengan IPB untuk mengawal pilot project BULE di PTPN VII. Pengembangan komoditas kedelai di lahan tumpang sari ini akan terus kami kembangkan, dimana potensi tahun depan seluas 15.000 ha di lahan HGU PTPN Group lainnya," kata Mahmudi di Jakarta, Jumat (15/7).
Direktur PTPN IX Dodik Ristiawan menambahkan, sebelum Pilot Project BULE PTPN IX juga sudah melakukan tumpang sari kedelai di lahan karet. "Sebelumnya kami sudah melakukan sistem tumpang sari karet-kedelai, bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Kabupaten seluas 10 ha," tutur Dodik.
Pada sistem tumpang sari BULE tersebut penanaman kedelai dilakukan di lahan tebu yang ditanam dengan dua cara yaitu secara Konvensional atau Larikan dan Ring-Pit masing-masing seluas 5 ha. Diharapkan melalui sistem tumpang sari ini produktivitas tebu dapat meningkat karena terjadi peningkatan kesuburan tanah melalui penambahan biomasa kedelai.
Keuntungan Sistem BULE
Peneliti yang mewakili perwakilan dari Universitas Gajah Mada, Irham menjelaskan, beberapa keuntungan sistem BULE, di antaranya diharapkan mampu meningkatkan kesehatan lahan pertanaman karena ada penambahan masukan biomasa kedelai ke dalam lahan pertanaman tebu serta meningkatkan ketersediaan nitrogen (N) bagi tanaman tebu, memanfaatkan kemampuan fiksasi Nitrogen secara biologis tanaman kedelai.
Dalam jangka panjang sistem BULE juga akan memperbaiki kesuburan tanah, sehingga meningkatkan rerata produktivitas tebu nasional dan turut berkontribusi pada peningkatan produksi gula nasional. Masuknya kedelai di lahan tebu pun mampu meningkatkan luas areal penanaman kedelai nasional. Inilah yang menjadi tujuan dari pengembangan sistem BULE, meningkatkan produksi kedelai nasional yang berasal dari produksi kedelai di areal pertanaman tebu Pulau Jawa.
Beberapa kajian yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan nisbah kesetaraan lahan dari 1,0 menjadi 1,2 – 1,3 ; dapat menjamin kecukupan pasokan raw material (tebu giling) pabrik gula-pabrik gula. "Harapannya tentu meningkatkan minat petani untuk menanam tebu, karena nilai keuntungan per unit lebih baik," tutup Irham.
(mdk/azz)