Raup untung dari racun
Kebiasaan merokok seolah menjadi pondasi kokoh penopang bisnis industri tembakau dan rokok.
Bicara soal tembakau tak bisa dipisahkan dari sejarah kejayaan di zaman kolonial Belanda dan bisnis industri rokok era tradisional hingga modern. Sulitnya melepaskan diri dari belenggu kebiasaan merokok, membuat industri tembakau dan industri rokok tetap bertahan di tengah terpaan gelombang.
Budidaya tembakau mulai dilakukan Belanda ketika menjajah Indonesia. Saat itu, Belanda sengaja menumbuhkembangkan tembakau Indonesia yang diakui punya kualitas nomor wahid untuk bahan baku rokok baik cigarette maupun cerutu. Terangkatlah nama Tembakau Deli hingga ke benua biru, Eropa.
-
Bagaimana dampak cukai rokok terhadap industri hasil tembakau? "Kita dibatasi produksinya, tapi di lain pihak rokok ilegalnya meningkat. Kalau rokok ilegal menurut informasi dari kawan-kawan Kementerian Keuangan, itu hampir 7 persen. Kalau itu ditambahkan kepada produksi yang ada, pasti akan tidak turun," tuturnya.
-
Bagaimana Mendag memastikan pasokan tembakau dan cengkih untuk industri rokok? Mendag menambahkan, Kemendag akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait agar pasokan tembakau dan cengkih dapat memenuhi kebutuhan industri rokok dengan mengutamakan hasil petani dalam negeri.
-
Mengapa industri tembakau dianggap vital bagi perekonomian Indonesia? Setidaknya dalam beberapa tahun terakhir, industri tembakau telah berkontribusi kepada penerimaan negara sebesar ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
-
Apa yang ditemukan di Kawasan Industri Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Dimana desa yang menjadi pusat industri kompor minyak tanah di Indonesia? Bahkan, Desa Taman Harjo, Singosari, Malang, Jawa Timur, dikenal sebagai pusat industri kecil kompor dengan bahan bakar minyak tanah.
-
Kenapa Kemendag berkoordinasi dengan industri tembakau? Lebih lanjut Mendag menjelaskan, Kemendag juga akan berkoordinasi dengan pelaku industri tembakau agar industri tembakau melakukan program kemitraan dengan petani.
Meskipun dalam perjalanannya mengalami pasang surut, industri tembakau lokal tetap bertahan. Kekuatannya terletak dari tingginya konsumsi rokok di masyarakat. Indonesia adalah negara ketiga konsumsi rokok terbesar dunia setelah China dan India. Tidak heran jika omzet bisnis industri tembakau nasional bisa mencapai bernilai triliunan Rupiah.
“Omzet bisa hampir Rp 500 triliun,” ujar Wakil Ketua Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo saat berbincang dengan merdeka.com di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (27/3).
Keuntungan tidak hanya dinikmati pelaku industri tembakau, tapi juga industri rokok baik skala tradisional maupun pabrik modern. Tengok saja bagaimana bisnis rokok sukses mengantarkan 'Duo Djarum' yakni Robert dan Michael Hartono bercokol jadi orang terkaya nomor satu dan dua di Indonesia.
Regulasi pemerintah dibuat semakin ketat terhadap bisnis industri rokok. Alasannya tak lain karena faktor kesehatan. Salah satunya PP Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa produk Tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan pemerintah pada 2012. Aturan ini mengacu Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang digagas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2003.
Ketatnya aturan soal rokok dan tembakau cukup berpengaruh dari sisi bisnis. Buktinya, secara perlahan satu per satu pabrik rokok mulai menghentikan produksinya alias gulung tikar. Namun, industri rokok dan tembakau masih tetap bertahan.
Regulasi lain datang terkait kewajiban bagi produsen rokok mencantumkan gambar bahaya merokok pada bungkus rokok yang diproduksi. Regulasi ini untuk mengingatkan konsumen betapa pentingnya kesehatan. Dengan harapan, angka konsumsi rokok nasional bisa berkurang.
Lagi-lagi, regulasi itu tak banyak berpengaruh alias tidak terlalu signifikan menghambat kebiasaan merokok orang Indonesia.
"Tapi ya merokok itu kebiasaan. Ada penurunan tapi orang kadang-kadang berpikir beli rokoknya bukan gambarnya," ungkapnya.
Beberapa pihak justru mengambil celah bisnis dari aturan ini. Mereka memproduksi bungkus rokok tanpa gambar 'menyeramkan'.
"Justru ada ide-ide kreatif yang orang jualan rokok juga jualan stiker. Buat ditutupin. Tempat-tempat rokok juga jadi semakin laku sekarang," katanya.
Pendapat Arief Darussalam, salah satu perokok secara tidak langsung memberi gambaran kuatnya bisnis rokok. Dia sama sekali tidak terpengaruh akan berbagai gambar menyeramkan yang kini muncul di bungkus rokok. “Enggak ngaruh ya. Karena sudah kebiasaan ya susah,” ucapnya.
Meski tingkat konsumsinya tidak berubah, Arief tidak menampik, gambar dampak merokok tersebut kerap mempengaruhi psikologisnya. Untuk itu, Arief menyiasati hal itu.
"Sekarang saya pakai tempat rokok yang beda. Jadi rokok saya beli, isinya saya pindahan ke tempat rokok. Habisnya kalau lihat gambar-gambar itu ya memang sih jadi agak eneg," tandasnya.
Baca juga:
Pengusaha rokok minta kenaikan cukai tak terjadi tiap tahun
Saleh Husin: Rokok kretek budaya nenek moyang, harus dipertahankan
Terhimpit serbuan tembakau China
Era kejayaan tembakau lokal, bahan cerutu seluruh dunia
Gambar 'menyeramkan' tak pengaruhi bisnis rokok
Asosiasi tembakau klaim industri rokok Indonesia tahan banting