Riset Ini Ungkap Tren Belanja Offline Terus Tumbuh, Bagaimana Nasib Penjualan Online
Riset itu menunjukkan bahwa belanja offline tetap menjadi pilihan yang melengkapi pengalaman belanja konsumen dan bahkan terus bertumbuh setelah pandemi.
Laporan ini mengulas tren belanja offline dan online, serta situasi pasca pandemi yang turut mempengaruhi perilaku belanja konsumen.
Riset Ini Ungkap Tren Belanja Offline Terus Tumbuh, Bagaimana Nasib Penjualan Online
Riset Ini Ungkap Tren Belanja Offline Terus Tumbuh, Bagaimana Nasib Penjualan Online
- Tren Baru Belanja Masyarakat: Tak Pilih Merek yang Penting Murah
- Hasil Riset Ungkap Faktor Bisa Rebut Minat Konsumen Belanja Online, Salahnya Fitur Keamanan E-Commerce
- Mau Beli Ban Online, Simak Trik Pantang Repot Gotong-Gotong
- Polisi Cianjur Bongkar Penjualan Software Judi Online, Dibanderol Rp100.000 Lewat E-Commerce
Berbelanja saat ini menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia yang tak terpisahkan dalam keseharian. Menyadari adanya fenomena menarik dalam tren belanja tersebut, perusahaan data dan insights Populix merilis laporan terkait referensi konsumen dalam belanja online dan offline.
Head of Research Populix, Indah Tanip mengatakan, laporan ini mengulas tren belanja offline dan online, serta situasi pasca pandemi yang turut mempengaruhi perilaku belanja konsumen.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sektor perdagangan menjadi sektor terbesar kedua yang memberikan kontribusi sebesar 12,94 persen bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2023.
Kendati demikian, tak bisa dipungkiri, pandemi yang terjadi beberapa tahun lalu telah mengakselerasi adopsi belanja online secara signifikan. Meskipun demikian, konsumen Indonesia tetap tidak meninggalkan kebiasaan belanja offline.
Dalam riset itu menunjukkan bahwa belanja offline tetap menjadi pilihan yang melengkapi pengalaman belanja konsumen dan bahkan terus bertumbuh setelah pandemi.
Dia mengatakan, laporan itu juga memperlihatkan dinamika yang kompleks antara ritel online dan offline, mengungkapkan bahwa keduanya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam.
"Pasca pandemi, kami menyaksikan transformasi yang menarik dalam perilaku belanja konsumen di Indonesia. Meskipun pandemi memicu lonjakan belanja online secara signifikan," kata Indah dalam keterangannya, Kamis (18/4).
Dari kacamata konsumen, dia bilang kehadiran toko offline dan online tentunya bisa mengakomodasi preferensi belanja yang beragam.
Secara umum, konsumen Indonesia biasanya telah memiliki preferensi masing-masing saat melakukan pembelian kategori produk tertentu.
Kemudian riset ini menemukan bahwa produk fesyen dan kecantikan yang asing-masing sebanyak 46 persen dibeli secara online, sementara kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan 34 persen lebih dominan dibeli secara offline.
Selain itu, riset ini juga menyoroti beberapa faktor pendorong yang membuat konsumen memilih melakukan pembelian baik secara online maupun offline.
Belanja online dinilai lebih praktis dan kemudahan membandingkan harga. Sedangkan belanja ofline lebih bersifat nyata tangibility dan tidak ada biaya pengiriman.
"Pada akhirnya, transaksi belanja offline maupun online memiliki peranan yang sangat penting dalam mendorong kemajuan perekonomian di Indonesia. Untuk terus memberikan kontribusi yang positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sinergi antara ritel offline dan online menjadi hal yang sangat esensial dalam mengakomodasi kebutuhan konsumen Indonesia yang beragam,” pungkas Indah.