Sri Mulyani Minta Aset Negara Tak Dibiarkan Tertidur: Harus Beri Manfaat ke Ekonomi
Sri Mulyani meminta barang milik negara (BMN) harus menjadi sumber penerimaan negara.
Sri Mulyani meminta barang milik negara (BMN) harus menjadi sumber penerimaan negara.
Sri Mulyani Minta Aset Negara Tak Dibiarkan Tertidur: Harus Beri Manfaat ke Ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta aset negara atau barang milik negara (BMN) tidak hanya dibiarkan tertidur. Sebaliknya, dia meminta keberadaan BMN harus dipaksa untuk bekerja keras sebagai sumber penerimaan negara.
- Sri Mulyani Antisipasi Penurunan Kinerja APBN Terdampak Perlambatan Ekonomi Global
- Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Tetap Gagah Meski Global Melambat
- Parpol Mulai Habiskan Uang untuk Kampanye, Sri Mulyani: Bagus untuk Ekonomi Indonesia
- Sri Mulyani Sebut Konsultan Pajak dan Keuangan Cerminan Kondisi Ekonomi Negara
"Saya menyampaikan seharusnya aset itu tidak tidur, asetnya tidur orang bekerja keras. Tapi aset harus bekerja keras dan memberikan manfaat yang maksimal bagi perekonomian," ujarnya dalam acara Anugerah Raksa Bandha di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Rabu (22/11).
Merdeka.com
Dia ingin, aset negara harus dikelola secara optimal untuk menjadi alternatif sumber penerimaan negara.
Dengan ini, penerimaan negara tidak hanya bergantung dari pungutan pajak hingga bea cukai.
"Ini juga salah satu cara edukasi publik bahwa keuangan negara tidak sekedar dari penerimaan pajak, bea cukai, utang. Namun, juga ada aspek belanja dan aset kekayaan negara yang bermanfaat bagi masyarakat dan perekonomian," tuturnya.
Merdeka.com
Dari sisi tata laksana, Kementerian Keuangan terus memperbaiki tata kelola melalui sertifikasi barang milik negara. Terutama untuk tanah yang ditargetkan dapat selesai pada 2024.
"Sehingga kita akan memahami, masyarakat mengetahui, mana aset milik negara yang ada dalam buku keuangan pemerintah," pungkas Sri Mulyani.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengungkapkan perbedaan antara cara berpikir masyarakat di negara maju dan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Perbedaan pemikiran ini menyangkut pengelolaan aset atau dana yang dimiliki masing-masing orang.
"Di negara maju itu orangnya bisa santai menikmati, karena aset dan uang mereka yang kerja keras diinvestasikan supaya uang atau aset ini mendatangkan imbal hasil tinggi, dan mereka bisa leha-leha," ujar Sri Mulyani saat Peluncuran BLU LMAN di kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (23/12).
Merdeka.com
Sementara karakteristik maupun cara berpikir masyarakat di negara maju ini berbanding terbalik dengan orang-orang di negara berkembang, termasuk Indonesia, yakni cenderung kerja keras tanpa memaksimalkan aset atau dana yang dimiliki untuk keperluan investasi.
"Kalau di Indonesia dan negara berkembang, kebalikannya. Orangnya kerja keras, tapi aset atau uangnya tidur, cuma ditaruh di bawah bantal. Kerja keras tapi hasil tidak banyak. Jadi mindset-nya berbeda," jelas Sri Mulyani.
Dia menilai, sekitar 85 persen masyarakat Indonesia lebih banyak bertujuan mengumpulkan uang, lalu kemudian dibelanjakan. Cara berpikir seperti ini masih dilakukan masyarakat Indonesia selama 71 tahun Indonesia merdeka.
"Coba bayangkan kalau apa pun aset kita bisa produktif seperti di negara maju, maka rakyat Indonesia bisa menikmati kemakmuran. Jadi kita harus berpikir sangat ambisius, detail supaya seluruh aset kita bekerja," saran Sri Mulyani.