Tahan Devisa Tak Kabur ke Luar Negeri, Pengusaha Ritel Inisiasi Gerakan Belanja di Indonesia Aja
Gerakan ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan domestik dan menjaga agar devisa tetap berada di dalam negeri.
Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menginisiasi gerakan Belanja di Indonesia Aja. Gerakan ini disambut baik beberapa kementerian dan diharapkan bisa meningkatkan pendapatan domestik dan menjaga agar devisa tetap berada di dalam negeri.
- Transaksi Perdagangan Nasional Defisit, Masa Depan Rupiah Diprediksi Suram
- Cadangan Devisa RI Naik Jadi Rp2.255 Triliun, Dua Sektor Ini Penyumbang Terbesar
- Tak Main-Main, Masyarakat Indonesia Kerja di Luar Negeri Sumbang Devisa Rp230 Triliun Sepanjang 2023
- Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun
Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah menjelaskan, dengan mendorong masyarakat untuk lebih memilih Belanja di Indonesia Aja baik brand global maupun produk lokal maupun UMKM sehingga semua bisa tumbuh dan berkembang untuk menarik wisatawan Nusantara dan wisatawan mancanegara. Sehingga tidak hanya berwisata saja, namun juga wisata belanja serta wisata kuliner.
"Gerakan Belanjadi Indonesia Aja untuk memperkuat perdagangan dalam negeri sehingga memiliki dampak yang signifikan bagi perekonomian nasional,” ungkap Budihardjo di Jakarta, Kamis (5/9).
Dia mengatakan, agar menarik wisata belanja perlu didorong untuk brand global agar variasi produk dan harga yang sama dengan negara lainnya. Sedangkan untuk produk lokal dan UMKM juga didorong agar menghasilkan produk yang berkualitas dan bisa go global. Sehingga masyarakat ataupun turis mancanegara maupun MICE akan lebih terdorong untuk membelanjakan uang mereka di Indonesia.
"Ini tentu saja memberikan manfaat ganda. Selain menggerakkan sektor pariwisata, juga meningkatkan wisata belanja, serta mendorong MICE untuk meningkatkan turis ke Indonesia untuk mencari sourching," tambah Budi.
Pengamat Komunikasi Pemasaran sekaligus CEO Fortuna, Ratna Puspitasari menambahkan bahwa industri ritel berpotensi untuk terus berkembang pesat. Gerakan 'Belanja di Indonesia Aja' tidak hanya akan mendorong perkembangan sektor ritel, tetapi juga berkontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
"Kita tidak hanya mendukung produk lokal tetapi juga memberikan dorongan besar bagi UKM untuk berkembang dan bersaing di pasar yang lebih luas. Gerakan ini akan mendorong masyarakat Indonesia agar lebih memilih dan mengutamakan produk lokal dalam kegiatan belanja," jelas Ratna.
Dukung Perekonomian Nasional
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dr. Ali Murtopo Simbolon menyampaikan program ini merupakan penguatan dari apa yang telah disampaikan oleh Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, yang menekankan pentingnya gerakan bersama dalam mendukung perekonomian nasional.
Kata dia, Kementerian Perekonomian sangat fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan menengah, karena mereka adalah aktor utama dalam perekonomian yang dapat membawa Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.
"Dengan konsumsi masyarakat yang menopang hampir 54 persen dari pertumbuhan ekonomi, fokus pada sektor ini menjadi sangat penting. Ini juga yang menjadi dasar kuat mengapa program ini harus dilakukan secara masif dan terstruktur, agar target pertumbuhan ekonomi ke depan yang ditetapkan sebesar 8 persen dapat tercapai," katanya.
Asisten Deputi Kawasan dan Rantai Pasok Kementerian Koperasi dan UKM, Ali menjelaskan bahwa program yang diinisiasi oleh Hippindo merupakan lanjutan dari Gerakan "Bangga Buatan Indonesia" yang diluncurkan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2020.
Program ini bertujuan untuk mendukung perekonomian lokal, khususnya sektor retail dan UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, yang menyumbang 61 persen dari perekonomian nasional. Meskipun neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 54 juta USD pada tahun 2022, data tahun 2023 menunjukkan penurunan sekitar 35 prsen menjadi USD 36 juta.
“Gerakan ini mendorong intervensi pasar untuk membuka akses seluas-luasnya bagi produk UMKM agar dapat mendominasi pasar domestik, sekaligus mengurangi ketergantungan pada produk impor," tutup Ali.