Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Ini Sumber Ekonomi Negara yang Dipimpin Paus Fransiskus
Vatikan merupakan negara yang ada di dalam kota Roma dengan luas lahan 110 hektare.
Pemimpin tertinggi umat Katolik Paus Fransiskus hari ini, Kamis (5/9) dijadwalkan memimpin Misa Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). Misa Agung tersebut akan dihadiri sekitar 86.000 umat Katolik yang ada di Indonesia.
Juru Bicara Panitia Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Rm. Thomas Ulun Ismoyo mengatakan, acara Misa Agung tersebut direncanakan untuk digelar 1,5 jam. Penyelenggaraan Misa Agung tersebut akan digelar di dua stadion yaitu Stadion Utama GBK dengan kapasitas 60.000 jemaat dan Stadion Madya dengan kapasitas 26.000 jemaat.
Sebagai informasi, Paus Fransiskus terpilih menjadi Paus atau pemimpin umat Katolik pada Maret 2013 saat berusia 76 tahun. Dia naik tahta menggantikan Paus Benediktus XVI dan mengambil nama Fransiskus. Pada awal masa kepausannya, Paus Fransiskus menunjuk panel kardinal internasional termasuk Kardinal Seán P.
Kota Vatikan dan Takhta Kota Suci
Selain sebagai Pemimpin Umat Katolik Sedunia, Paus Fransiskus merupakan Kepala Negara Vatikan. Vatikan merupakan negara yang ada di dalam kota Roma dengan luas lahan hanya 110 hektare.
Di sana populasinya kurang dari 1.000 jiwa. Tak heran jika Vatikan menjadi negara terkecil di dunia.
Meski berukuran kecil, namun keberadaan Vatikan berdampak besar di dunia keuangan dengan investasi luas mencakup perbankan, real estate dan perusahaan swasta.
Mengutip Investopedia, terkait ekonomi Vatikan penting untuk menetapkan perbedaan antara Kota Vatikan dan Takhta Suci.
Takhta suci menjadi badan pemerintahan negara. Takhta suci mendapatkan pendapatan dari Peter’s Pence, istilah abad ke-8 untuk sumbangan yang diterima dari umat Katolik di seluruh dunia.
Dari individu hingga keuskupan, Takhta Suci mengumpulkan sumbangan melalui departemen khusus. Takhta suci juga mendapatkan pendapatan bunga dan investasi cadangannya.
Sumber Pendapatan Takhta Suci
Secara historis, Takhta Suci juga investasi terutama pada industri-industri di perusahaan Italia. Dia menyebarkan portofolio investasinya di pasar keuangan dan membatasi kepemilikan pada perusahaan hingga kurang dari enam persen.
Takhta Suci telah investasi secara konservatif, memilih untuk membeli dan menahan perusahaan-perusahaan yang terbukti dalam industri-industri yang kuat.
Takhta Suci juga investasi di bidang real estate di seluruh dunia, terutama dalam bentuk tanah dan gereja. Namun, ada beberapa investasi yang tidak akan dilakukan Takhta Suci. Salah satunya tidak investasi di perusahaan yang bertentangan dengan nilai-nilai gereja.
Sumber Pendapatan Kota Vatikan
Berbeda dengan Takhta Suci, Kota Vatikan menerima pendapatan negara dari usaha-usaha besar yang lebih tradisional. Dengan tenaga kerja sekitar 4.800 karyawan, kota ini bergantung pada beberapa industri kecil yang hasilkan pemasukan.
Selain itu, Kota Vatikan yakni Kapel Sistine, Basilika Santo Petrus dan Museum Vatikan menarik jutawan wisatawan dan peziarah religius setiap tahun.
Kota Vatikan mengumpulkan pendapatan melalui tiket masuk museum, tur, perangko, dan koin yang sangat dicari dan penjualan publikasi. Vatikan tidak mengungkapkan berapa banyak pendapatan yang dikumpulkan setiap tahun dari usaha-usaha ini.
Catat Kenaikan Investasi
Pada 2023 lalu, Vatikan mencatat kenaikan laba untuk anggaran operasional dan aset.
Melansir National Catholic Reporter, Selasa (3/9) Kantor Investasi Vatikan menghasilkan laba sebesar 45,9 juta euro setara Rp789,3 miliar pada 2023. Terdiri dari 37,9 juta euro atau Rp651,7 miliar untuk anggaran operasional Vatikan. Lalu 7,9 juta euro atau Rp135,8 miliar untuk peningkatan asetnya.
Data tersebut diambil dari laporan Administrasi Warisan Takhta Suci dalam laporan tahunannya.
Terdapat peningkatan laba sebesar 13,6 juta euro atau Rp233,8 miliar dibandingkan dengan tahun 2022. Sebagian besar disebabkan oleh hasil investasi di Vatikan yang jauh lebih baik, yang juga mengimbangi laba yang berkurang dari kepemilikan real estat.