Tak Hanya di Indonesia, Toko Ritel di Amerika Serikat juga Alami Kebangkrutan
Tak hanya di Indonesia, ritel legendaris asal Amerika Serikat, Bed Bath and Beyond kembali melakukan penutupan toko beberapa waktu terakhir ini. Ritel tersebut baru-baru ini menutup 87 tokonya dalam rangka berjuang menghindari kebangkrutan.
Tumbangnya bisnis ritel ternyata tak hanya terasa di Indonesia. Di maju sekelas Amerika Serikat-pun, toko ritel banyak yang tutup.
Terbaru di Indonesia, warganet ramai memperbincangkan soal pusat perbelanjaan yang sepi pengunjung bahkan ada beberapa gerainya pun tutup permanent. Pusat perbelanjaan yang dimaksud adalah Transmart yang sebelumnya bernama Carrefour.
-
Kapan Pasar Weleri diresmikan? Sejatinya gedung itu telah diresmikan pada Desember 2023.
-
Bagaimana Soemiran Karsodiwiryo memulai bisnis rokoknya? Pada tahun 1946, ia membuat rokok kretek klobot dengan nama Cap Ikan Dorang.
-
Dimana perusahaan rambut palsu milik Krisna berlokasi? Di kampung halamannya, pria yang akrab disapa Krisna itu mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi rambut palsu. Nama perusahaannyae PT. Bejana Cita Settara (PT BCS).
-
Siapa suami Bripda Kirana? Kirana dan Adhiyatma Rizkiy Menikah pada tanggal 13 Desember 2022 Dalam berbagai agenda pekerjaan yang ia hadiri, terlihat jelas bahwa Bripda Kirana selalu tampak serasi dengan suaminya, Adhiyatma Rizky.
-
Kapan Marihad memulai bisnis Parna Raya Group? Marihad yang lahir pada 29 Maret 1941 ini sudah memulai bisnis bernama Parna Raya Group yang sudah dirintis sejak tahun 1960-an.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey menyebut bahwa ada satu hingga dua toko ritel tutup setiap hari akibat mengalami kebangkrutan yang dipicu pandemi Covid-19.
"Data indikator tahun 2020 lima sampai enam toko swalayan harus tutup. Kemudian, tahun 2021 ada satu sampai dua toko tutup setiap hari," kata Roy Nicholas Mandey dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis (22/7).
Tak hanya di Indonesia, ritel legendaris asal Amerika Serikat, Bed Bath and Beyond kembali melakukan penutupan toko beberapa waktu terakhir ini. Ritel tersebut baru-baru ini menutup 87 tokonya dalam rangka berjuang menghindari kebangkrutan.
Penutupan toko tersebut merupakan tambahan dari 150 penutupan Bed Bath and Beyond yang diumumkan Agustus lalu. Dan juga membuat para pekerja disana kehilangan pekerjaannya karena adanya Pemutusan Hubungan Kerja.
"Saat kami terus bekerja dengan penasihat kami untuk mempertimbangkan berbagai jalur, kami menerapkan tindakan untuk mengelola bisnis kami seefisien mungkin. Pengurangan armada toko ini memperluas program penutupan perusahaan yang sedang berlangsung," kata juru bicara Bed Bath and Beyond, dikutip dari CNN, Jumat (3/2).
Seorang juru bicara Bed Bath and Beyond juga mengonfirmasi bahwa dia melewatkan pembayaran obligasi pada 1 Februari, dan memasuki masa tenggang selama sebulan. Debitur akan sering memiliki masa tenggang 30 hari untuk melakukan pembayaran sebelum mereka gagal bayar.
“Kami berkomitmen untuk memperbarui semua pemangku kepentingan tentang rencana kami saat mereka mengembangkan dan menyelesaikannya,” katanya.
Namun, juru bicara tidak mengonfirmasi jumlah utang Bed Bath and Beyond. Akan tetapi, Wall Street Journal melaporkan Bed Bath and Beyond gagal membayar lebih dari USD 28 juta untuk tiga tahap wesel dengan total sekitar USD 1,2 miliar yang jatuh tempo pada 1 Februari.
Perlu diketahui, Bed Bath & Beyond didirikan pada tahun 1971, menjadi bahan pokok untuk dekorasi rumah, peralatan dapur, dan furniture kamar asrama perguruan tinggi yang terjangkau.
Ritel ini menjadi terkenal pengecer menjadi terkenal dengan kupon diskon 20 persen di mana-mana, dan toko-toko besar dengan barang dagangan yang ditumpuk tinggi ke langit-langit. Bed Bath menumbuhkan jejak perusahaannya secara agresif, memuncak pada 1.552 toko pada tahun 2017.
Pada Februari lalu, perusahaan hanya memiliki 953 toko tersisa, dan telah mengumumkan rencana untuk menutup lebih dari 200 toko tambahan sejak saat itu.
Penutupan tersebut tidak hanya mengurangi jumlah karyawan dan biaya gaji, tetapi juga biaya sewa yang harus dibayar. Total rekaman persegi toko perusahaan turun 36 persen dalam empat tahun fiskal yang berakhir pada Februari 2022.
(mdk/idr)