Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Diproyeksi 5,60 Persen
Meningkatnya investasi sejalan dengan masih berlangsungnya pembangunan proyek strategis multitahun Pemerintah.
Meski Jakarta tidak lagi menjadi ibu kota Indonesia, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Jakarta tumbuh 5,60 persen secara tahunan (year on year, yoy).
"Untuk keseluruhan tahun 2024, perekonomian Jakarta diprakirakan tumbuh kuat dalam kisaran 4,80 persen sampai 5,60 persen (yoy) meski berstatus DKJ (Daerah Khusus Jakarta)," kata Kepala BI DKI Jakarta Arlyana Abubakar dalam acara Bincang-Bincang Media di Penang Bistro Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (8/8).
- Jakarta Berkontribusi ke Perekonomian Nasional Capai 16,54 Persen
- Tingkat Pengangguran Jakarta Nomor 4 Terbesar se-Indonesia, Ini Solusi Ditawarkan Industri Keuangan
- Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Melaju Pesat, Tertinggi se-Jateng
- Penurunan Permukaan Tanah Buat Jakarta Rugi Rp10 Triliun per Tahun
Pada triwulan II 2024, ekonomi Jakarta tercatat sebesar 4,90 persen secara yoy. Angka ini meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,78 persen yoy.
"Jadi, kalau nasional itu terjadi perlambatan pertumbuhan dari 4,1 persen menjadi 5,03 persen, Jakarta justru menjadi peningkatan dari 4,78 persen k ke 4,9 persen," ucapnya.
Dari sisi permintaan, peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga (RT) dan investasi serta membaiknya kinerja ekspor. Sementara itu, konsumsi Pemerintah mengalami kontraksi dan menjadi penahan pertumbuhan.
Tercatat konsumsi RT, menjadi kontributor terbesar perekonomian Jakarta pada triwulan II 2024. Konsumsi RT pada triwulan II 2024 tumbuh sebesar 5,28 persen (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,25 persen (yoy).
"Peningkatan tersebut sejalan dengan tingginya aktivitas saat HBKN Idulfitri, HBKN Idul Adha dan periode liburan," ucapnya.
Penopang pertumbuhan ekonomi Jakarta
Peningkatan konsumsi RT ini tercermin dari Indeks Penjualan Ritel berdasarkan hasil dari Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia. Indeks Penjualan Ritel pada triwulan II 2024 tumbuh 24,90 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2024 hajat 13,46 persen (yoy).
Selanjutnya, investasi juga tumbuh meningkat sebesar 4,66 persen (yoy), dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,36 persen (yoy). Meningkatnya investasi sejalan dengan masih berlangsungnya pembangunan proyek strategis multitahun Pemerintah seperti MRT dan LRT.
"Kinerja ekspor juga mengalami perbaikan pada triwulan II 2024 dengan pertumbuhan mencapai 7,06 persen (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,23 persen (yoy). Perkembangan tersebut didorong oleh perbaikan ekspor barang dan meningkatnya ekspor jasa," urai dia.
Ke depan, Konsumsi RT dan Investasi diprakirakan akan tetap menjadi penggerak perekonomian Jakarta pada tahun 2024. Peningkatan konsumsi RT didukung kuatnya keyakinan konsumen, maraknya MICE dan Event, serta penyelenggaraan Pemilu (Pilpres, Pileg, dan Pilkada).
Sedangkan investasi didukung berlanjutnya proyek-proyek strategis, khususnya yang bersifat multitahun. Dari sisi lapangan usaha, prospek pertumbuhan yang meningkat ditopang oleh LU perdagangan, jasa keuangan, infokom, dan industri pengolahan yang tumbuh meningkat.
"Kendati demikian, beberapa risiko yang perlu diwaspadai sepanjang tahun 2024 yakni tertahannya ekonomi global, berlanjutnya ketegangan geopolitik, serta tren suku bunga The Fed (FFR) yang bertahan tinggi," tandasnya.