Tak Lagi Sebabkan Penyakit, Limbah Nanas Kini Bisa Diubah Jadi Kain dan Produk Eco-Fashion
Tingginya angka produksi nanas pun berbanding lurus dengan meningkatnya volume limbah daun nanas.
Pasca-panen nanas, kebanyakan para petani membakar daun nanas. Hal ini berpengaruh ke lingkungan dan kesehatan.
Tak Lagi Sebabkan Penyakit, Limbah Nanas Kini Bisa Diubah Jadi Kain dan Produk Eco-Fashion
Tak Lagi Sebabkan Penyakit, Limbah Nanas Kini Bisa Diubah Jadi Kain dan Produk Eco-Fashion
PT Pertamina EP (PEP) Subang Field mengembangkan inovasi berkelanjutan dari serat olahan daun nanas (Pesona) di Desa Cikadu Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Head of Communication, Relation & CID Zona 7 Subholding Upstream Pertamina, Wazirul Luthfi mengatakan, Kabupaten Subang adalah penghasil nanas terbesar di Jawa Barat, namun daun nanas hanya menjadi limbah.
- Kini Ada Kemasan Produk Bisa Terurai untuk Kurangi Sampah, Begini Bentuknya
- Unik! SD Ini Terbuat dari Limbah Sampah Plastik, Pembangunannya Cuma Butuh Waktu 5 Jam & Tahan Gempa
- Kali Bekasi Tercemar Limbah, Produksi Air Bersih Terganggu
- Isu Global dan Sains Bikin BPOM Mendorong Labelisasi Produk Sesuai Aspek Keamanan Lingkungan
Tingginya angka produksi nanas pun berbanding lurus dengan meningkatnya volume limbah daun nanas.
"Setiap 1 ha perkebunan nanas menghasilkan limbah daun nanas sebesar 14 ton," ujar Wazirul.
Pasca-panen nanas, kebanyakan para petani membakar daun nanas. Hal ini berpengaruh ke lingkungan dan kesehatan.
Salah satu dampak negatif adalah munculnya emisi gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global dan menimbulkan polusi udara yang memiliki implikasi terhadap tingkat kesehatan paru masyarakat.
Menurut catatan Puskesmas Cirangkong, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) menjadi penyakit nomor dua di Desa Cikadu pada 2020 dengan 878 kasus.
Dalam program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara berkelanjutan tersebut, PEP Subang Field bersinergi bersama kelompok Pinneapple Leaf Fiber (Pinlefi). Kelompok ini diinisiasi dan dibentuk oleh PEP Subang Field bersama masyarakat Desa Cikadu dalam merintis usaha olahan daun nanas menjadi serat yang bernilai ekonomi sebagai bahan kain atau tekstil.
"Kelompok Pinlefi tergerak untuk mengolah daun nanas tersebut untuk dapat diambil seratnya. Hasil serat ini dapat dijadikan sebagai kain serta berbagai macam jenis produk eco-fashion dan berbagai bentuk kerajinan," kata Alan Sahroni, salah satu anggota Pinlefi sekaligus penggerak awal yang mendorong masyarakat untuk mengubah pola pikir sehingga terwujud praktik bebas sampah (zero waste).
Dalam perkembangannya, usaha mengolah daun nanas menjadi serat sejalan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat. Hal ini tampak dari usaha ini yang melibatkan masyarakat petani nanas memasok daun nanas ke kelompok Pinlefi.
“Hasilnya, daun nanas yang selama ini tidak bernilai ekonomi menjadi ada nilai keuntungan yang dapat diperoleh,” jelas Alan.
merdeka.com
Kelompok Pinlefi mengajak masyarakat sekitar, baik ibu-ibu maupun pemuda karang taruna untuk bekerja bersama membuka lapangan pekerjaan. Pada 2022, omzet kelompok bahkan mencapai Rp154,3 juta.
Pada saat bersamaan, dalam menjawab kebutuhan akan produktivitas, kelompok Pinlefi mencoba melakukan inovasi teknologi. Inovasi yang diangkat di program “Pesona” Subang adalah modifikasi mesin serut atau dekortikator besar yang diberi penutup mesin sehingga lebih aman. Selain itu, inovasi berupa dekortikator mini dengan segmentasi untuk penggunaan rumah tangga.
"Inovasi terakhir adalah mengubah mesin penggerak (primeover) dekortikator mini menggunakan tenaga surya panel atau disebut decolacel," kata Wazirul.
Mesin decolacel dioperasikan menggunakan tenaga surya sehingga berkontribusi pada penurunan emisi sebesar 302.95 ton CO2 eqivalen/tahun dan penghematan listrik sebesar Rp74.000/bulan.
Senior Manager PEP Subang Field, Ndirga Andri Sisworo mengatakan sejak 2020 pihaknya memberikan bantuan alat dan sarana produksi, pendampingan, dan pengembangan sumber daya manusia melalui serangkaian pelatihan yang dibutuhkan.