Target Bauran EBT 25 Persen di 2025 Diragukan akan Tercapai
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, pesimis target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 25 persen tercapai pada 2025 mendatang. Hal ini merespon masih rendahnya realisasi bauran energi bersih di Indonesia.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, pesimis target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 25 persen tercapai pada 2025 mendatang. Hal ini merespon masih rendahnya realisasi bauran energi bersih di Indonesia.
"Untuk target bauran EBT 25 persen, pemerintah terlalu halusinasi ya," kata Bhima dalam acara Polemik Transisi Energi Terbarukan dalam Perpres 112/2022 di Jakarta, Selasa (4/10).
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
-
Apa strategi BRI untuk mendukung transisi energi di Indonesia? BRI menerbitkan Green Bond senilai Rp5 triliun. Sebagian dari dana yang terhimpun, disalurkan ke proyek Energi Baru Terbarukan. Hal ini juga merupakan bentuk dukungan BRI dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) No.7: Affordable and Clean Energy, dan No. 13: Climate Action.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi energi di Indonesia? Dalam 2 tahun terakhir, PLN telah menjalankan berbagai upaya transisi energi. Di antaranya adalah membatalkan rencana pembangunan 13,3 Gigawatt (GW) pembangkit batubara, mengganti 1,1 GW pembangkit batubara dengan EBT, serta menetapkan 51,6% penambahan pembangkit berbasis EBT.
-
Kenapa Pertamina terus mendorong transisi energi? Setelah semua negara berkomitmen terhadap penurunan karbon emisi menuju net zero emission, ada optimisme, ada kegamangan, ada kekhawatiran. Namun ini semua tidak menyurutkan langkah kita untuk terus melaksanakan energi transisi seperti yang disepakati bersama,” ungkap Nicke saat acara Pertamina Energy Forum 2023 di Ballroom Grha Pertamina (18/12).
-
Apa peran gas bumi di era transisi energi? Sektor hilir migas memiliki peranan penting di era transisi ekonomi, salah satunya yang terkait dengan pengoptimalan pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik.
-
Bagaimana Pertamina mengadopsi transisi energi? Pertamina mencoba mengadopsi transisi energi secara bertahap. Di satu sisi, Pertamina menjaga ketahanan energi melalui penguatan bisnis minyak dan gas. Di sisi lain, juga meningkatkan pengembangan bisnis rendah karbon untuk memenuhi target net zero emission pada 2060.
Saat ini, bauran energi primer pembangkit listrik di Indonesia masih didominasi oleh batubara mencapai 60,5 persen. Sementara pembangkit listrik EBT baru mencapai 12,3 persen.
Selain itu, pemerintah juga dinilai masih belum serius untuk mendorong pengembangan EBT di Indonesia. Melalui, Peraturan Presiden Nomor 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik pemerintah masih mengizinkan operasional PLTU batubara hingga 2050 mendatang.
Padahal, batubara bersama minyak bumi digolongkan sebagai kelompok energi fosil, sehingga, harus dikurangi pemanfaatannya secara serius oleh pemerintah. "Tapi, arah kebijakan masih sangat mempertimbangkan nilai ekonomis dari PLTU dibandingkan dampak lingkungan," tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Bioenergi, Dirjen Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Konservasi Energi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriyah Feby Misnah mengatakan, seperempat dari porsi EBT yang menjadi target pemerintah pada 2025 bersumber dari bahan bakar nabati (BBN). Saat ini BBN masih dominan berbasis minyak sawit atau biodiesel sawit.
"Indonesia menargetkan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025 yang setara dengan 92,2 million tonnens of oil equivalent (MTOE), seperempatnya dicanangkan dari BBN," kata Andriyah di Jakarta, dikutip Antara, Rabu (17/11).
Dia mengatakan, Indonesia memiliki kekayaan sumber EBT yang melimpah seperti energi surya, air, angin, termasuk BBN. Berkaitan dengan upaya menggali potensi BBN, perlu ada peta jalan pengembangan BBN dalam pemenuhan bauran energi, sekaligus penurunan emisi gas karbonsioksida di Indonesia.
Hal tersebut dinilai penting, mengingat dalam 20 tahun terakhir pertumbuhan penggunaan BBN dunia meningkat 10 kali lipat. Sementara produksi biodiesel di Asia Pasifik besar yang didukung oleh produksi CPO Indonesia. Hal itu puncaknya pada 2006, Indonesia tercatat sebagai penghasil sawit terbesar di dunia.
Baca juga:
Pajak Karbon Bisa Jadi Sumber Alternatif Pembiayaan EBT di RI
Pemerintah Dinilai Masih Setengah Hati Pensiunkan PLTU Batubara
Gas Jadi Alternatif Menuju Transisi Energi
Capai Target Nol Emisi Karbon, RI Perlu Ubah Sistem Energi
Terungkap, Ini Strategi Pemerintah agar Ekonomi Tetap Tumbuh di Tengah Ancaman Resesi