Ternyata Bukan Hanya Gen Z yang Dianggap Pemalas
Perubahan yang terjadi antar generasi adalah hasil yang diminta dari pekerjaan.
Perubahan yang terjadi antar generasi adalah hasil yang diminta dari pekerjaan.
Ternyata Bukan Hanya Gen Z yang Dianggap Pemalas
Gambaran sebagai generasi pemalas seringkali melekat pada generasi Z, manusia kelahiran tahun 1997-2012.
Nyatanya, gagasan seperti ini kerap terjadi antar generasi. Seorang profesor dari Universitas Cambridge, Thomas Roulet mengatakan, setiap generasi menganggap para pekerja di belakang mereka lebih malas dibandingkan generasi mereka sendiri.
Dalam laman blog alumni Universitas Cambridge, Roulet melampirkan sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 di Perancis.
Dalam penelitian itu mengamati motivasi generasi muda dalam bekerja dan membandingkannya dengan penelitian serupa yang dilakukan pada tahun 1972.
Penelitian tersebut menunjukkan hasil yang kurang lebih sama yaitu kedua kelompok generasi muda menginginkan pekerjaan yang menarik, lingkungan kerja yang baik, dan mendapatkan penghidupan yang layak.
"Perubahan apa yang terjadi antar generasi adalah apa yang kita minta dari pekerjaan," ujar Roulet, dikutip Minggu (26/5).
Dia menjelaskan, pekerjaan telah menjadi bagian yang lebih penting dalam hidup seseorang, hingga akhirnya seseorang ini meminta perusahaan untuk memberikan kompensasi yang setimpal.
Hasilnya, tuntutan terhadap pemberi kerja pada Generasi Y dan Generasi Z lebih besar dibandingkan tuntutan generasi tua.
"Jadi, bukan berarti mereka termotivasi oleh sesuatu yang berbeda. Hanya saja mereka memberi lebih banyak pada tempat kerja sehingga mereka meminta imbalan lebih banyak," ucapnya.
Tren ini dipercepat dengan peralihan ke sistem kerja hybrid, karena kini terdapat lebih banyak ruang bagi perusahaan untuk menawarkan lebih banyak hal kepada karyawannya.
Hal ini menyebabkan perbedaan dalam apa yang ditawarkan oleh pemberi kerja, yang jelas menciptakan masalah keadilan, yang diikuti oleh lebih banyak permintaan dari karyawan.
Dia menambahkan, meskipun bagi generasi tua, pekerjaan merupakan jaminan keamanan finansial, sehingga memungkinkan Anda membeli rumah dan membayar tagihan, namun hal tersebut tidak lagi berlaku saat ini.
Ada banyak penelitian yang tersedia saat ini yang menunjukkan bahwa menjadi perusahaan yang beretika dan memberikan karyawan sebuah tujuan, akan menghasilkan motivasi dan kepuasan kerja.
Di masa ketidakpastian dan krisis seperti saat ini, orang-orang yang memasuki pasar kerja cenderung mencari peran yang memberi mereka tujuan, dan jika mereka tidak menemukan tujuan tersebut, mereka dengan sendirinya akan keluar dari pekerjaan.
"Jika Anda melihat apa yang terjadi dengan ‘WorkTok’, sebuah tren Tiktok dengan 2,3 miliar penayangan di mana orang-orang mengomentari dunia kerja, Anda mungkin menyimpulkan bahwa generasi muda adalah orang-orang yang malas dan terlalu menuntut. Apa yang sebenarnya terjadi di sini adalah mereka hanya bereaksi terhadap pekerjaan yang menyita lebih banyak ruang dan tidak memberi mereka tujuan yang mereka cari dalam hidup," jelasnya.
Pengusaha menyukai gagasan bahwa orang-orang menjadi lebih malas, karena hal ini memungkinkan mereka untuk berpuas diri.
Roulet mengatakan, generasi-generasi dimotivasi oleh faktor-faktor yang sama, namun setiap individu mungkin harus mengubah strategi, untuk lebih menekankan pada tujuan organisasi, untuk mengajak orang-orang muda untuk bergabung.
"Jika, sebagai seorang pemimpin, Anda menyimpulkan bahwa karyawan Anda malas, Anda mungkin kehilangan banyak potensi," pungkasnya.