Terungkap, Ini 5 Alasan Gen Z Lebih Memilih untuk Jadi Pengangguran
40 Persen dari Gen Z lebih memilih menganggur dari pada bekerja di pekerjaan yang tidak mereka sukai.
Pada tahun 2024, Gen Z akan berusia antara 12 hingga 27 tahun merupakan sebuah periode penting dalam hidup mereka yang akan mempengaruhi ke aspek masyarakat secara signifikan.
Terungkap, Ini 5 Alasan Gen Z Lebih Memilih untuk Jadi Pengangguran
Terungkap, Ini 5 Alasan Gen Z Lebih Memilih untuk Jadi Pengangguran
- Bukan karena Malas, Ternyata 3 Alasan Ini Bikin Gen Z Sulit Dapat Pekerjaan
- Kerja di Perusahaan Ini Dapat Gaji Rp15,7 Juta per Bulan, Boleh Cuti 10 Hari Jika Sedang Merasa Tak Bahagia
- Mahasiswa Nekat Bikin Usaha Jamur, Modal Rp100.00 Kini Raup Omzet Rp40 Juta Sekali Panen
- Ternyata, Ini Rahasia Sukses Tiga Pengusaha Kecil Bertahan Hingga Puluhan Tahun
Data Sensus Penduduk Tahun 2020 mencatat bahwa Generasi Z (Gen Z) yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 merupakan kelompok terbesar di Indonesia, mencakup sekitar 27,94 persen dari total penduduk.
Pada tahun 2024, Gen Z akan berusia antara 12 hingga 27 tahun merupakan sebuah periode penting dalam hidup mereka yang akan mempengaruhi ke aspek masyarakat secara signifikan.
Namun, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa hampir 10 juta pemuda berusia 15-24 tahun (Gen Z) di Indonesia berada dalam kategori pengangguran atau NEET (not in employment, education, or training).
Menurut survei Randstad Workmonitor tahun 2022, yang dikutip dari laman ajobthing.com, 40 persen dari Gen Z lebih memilih menganggur dari pada bekerja di pekerjaan yang tidak mereka sukai.
Survei ini melibatkan 35.000 karyawan di 34 negara dan menunjukkan perubahan sikap terhadap pekerjaan secara drastis, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh pandemi dan fenomena The Great Resignation.
merdeka.com
Generasi muda tidak hanya membahas keseimbangan kerja/kehidupan dan kepuasan pribadi. Menurut survei tersebut, 40 persen responden Generasi Z dan milenial berhenti dari pekerjaan karena hal tersebut tidak sesuai dengan kehidupan pribadi mereka, dibandingkan dengan 33 persen responden secara keseluruhan.
Laporan tersebut juga mencantumkan lima tujuan kerja utama bagi karyawan, dengan fokus pada apa yang akan membantu perusahaan dalam menarik dan mempertahankan pekerja Gen Z dan millennial (masing-masing diklasifikasikan sebagai mereka yang berusia 18 hingga 24 dan 25 hingga 34 tahun).
Karyawan menginginkan "pengalaman kerja yang memuaskan", atau mentalitas perusahaan yang memungkinkan mereka mengakomodasi pekerjaan dalam kehidupan pribadi mereka.
Pekerjaan merupakan hal yang penting bagi tiga perempat responden Gen Z, sedangkan hanya 68 persen responden berusia lanjut yang menjawab hal yang sama. 2. Menyelaraskan Nilai-Nilai
Dari seluruh demografi, 43 persen menyatakan mereka tidak akan bergabung dengan suatu perusahaan jika nilai-nilai sosial dan lingkungannya tidak sejalan dengan nilai-nilai mereka.
Sebanyak 41 persen mengatakan mereka tidak akan bekerja di perusahaan yang tidak mempromosikan keberagaman dan inklusi di tempat kerja.
Meskipun pelatihan kerja dan pengembangan pribadi sangat penting, karyawan masih mencari insentif dan tunjangan yang sesuai untuk posisi mereka.
Berdasarkan jajak pendapat tersebut, hanya 22 persen karyawan yang mengindikasikan bahwa mereka menerima tunjangan yang lebih baik pada tahun sebelumnya, seperti lebih banyak waktu istirahat, layanan kesehatan yang lebih baik, atau akses terhadap tunjangan pensiun yang lebih komprehensif. Sementara itu, 33 persen melaporkan menerima kenaikan gaji, pelatihan, atau peluang pengembangan tempat kerja. 4. Fleksibilitas Pekerjaan
Berdasarkan laporan tersebut, sekitar 75 persen karyawan menghargai lokasi kerja yang fleksibel, sementara 83 persen menghargai jam kerja yang fleksibel untuk membantu keluarga mereka.
Namun, hanya sekitar seperempat perusahaan yang saat ini menyediakan alternatif kerja jarak jauh dan waktu fleksibel.
Karyawan mengharapkan tempat kerja mereka untuk melengkapi dan mendukung tujuan pengembangan mereka, sama seperti mereka mengharapkan pekerjaan mereka sesuai dengan gaya hidup dan nilai-nilai mereka.
88 persen responden dari semua kategori umur menyatakan bahwa mereka akan hadir jika organisasi mereka menawarkan program pembelajaran dan pengembangan. 60 persen menyatakan perlunya loka karya atau kursus tentang cara menghasilkan lebih banyak uang.
Menurut laporan tersebut, separuh dari mereka yang disurvei menginginkan nasihat mengenai cara membangun keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan yang lebih baik, dan 40 persen ingin belajar bagaimana mengembangkan karir mereka.
Namun, hanya 25 persen karyawan yang ditanya mengindikasikan bahwa pekerjaan mereka memberikan kemungkinan untuk pelatihan dan pertumbuhan.
Banyak kesenjangan antara apa yang dibutuhkan oleh pekerja saat ini dan apa yang disediakan oleh dunia usaha disoroti dalam laporan ini.
Untuk mengimbangi dampak Pengunduran Diri Besar-besaran, pengusaha harus fokus pada kompensasi yang kompetitif, tunjangan karyawan, dan memberikan apa yang benar-benar penting bagi generasi baru dan pekerja masa depan.