Viral Petani di Sukabumi Menari di Live TikTok, Wamentan: Terus, Apa Salahnya?
Menanggapi fenomena ini, Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, memberikan pendapatnya.
Di sebuah kampung di Sukabumi, Jawa Barat, banyak petani yang aktif membuat konten di TikTok dan menjadi TikTokers.
Menanggapi fenomena ini, Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, memberikan pendapatnya.
- Wanita Sidrap Viral Live Video Mesum dengan Pria Lain di TikTok, Alasan Ingin Balas Suami Selingkuh
- Viral Momen Umat Muslim di Sukoharjo Bagikan Takjil Kerukunan untuk Umat Katolik yang Sedang Puasa Paskah, Bikin Adem
- Viral Momen Pengendara Mobil Papasan dengan Harimau Sumatra di Jalan Raya, Warganet Ikut Deg-degan
- Viral Curhatan Wanita Tolak Permintaan Terakhir Sang Ibunda, Jadi Penyesalan Seumur Hidup
Ia menjelaskan bahwa fenomena petani yang bermain TikTok tidak menunjukkan bahwa mereka beralih profesi. Sudaryono tidak melihat masalah dengan banyaknya petani yang menjadi kreator konten.
"Terus, apa salahnya? Kalau alih profesi sih tidak, mereka tetap bertani. Tapi, mereka juga mendapatkan tambahan penghasilan sebagai kreator konten. Saya kira, selama tidak melanggar hukum, ya kita hargai," ujarnya di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta.
Ia juga mengungkapkan bahwa banyak petani yang menciptakan konten berdasarkan aktivitas sehari-hari mereka. Beberapa dari mereka bahkan melakukan live streaming saat bekerja di sawah atau menjalani kegiatan pertanian lainnya.
"Dan banyak juga saya lihat, kreator konten itu sambil ngarit, sambil live streaming. Banyak orang, mungkin orang kota yang tidak pernah melihat aktivitas ngarit, jadi bisa melihat," jelasnya.
Sudaryono menekankan bahwa selama konten yang dihasilkan memberikan dampak positif, tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan. Namun, ia juga mengingatkan tentang konten yang berpotensi negatif, seperti adegan mandi lumpur, yang sebaiknya dihindari.
Selama Masih Positif
Menurut Sudaryono, konten yang tidak memberikan dampak positif, seperti yang dibuat-buat, perlu dipertimbangkan.
"Saya kira konten yang tidak positif, seperti yang dibuat-buat, perlu dikaji. Misalnya, orang mandi lumpur dan lain-lain, itu mungkin perlu dipertimbangkan lagi," ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah ranahnya untuk memberikan komentar lebih lanjut.
"Yang jelas, jika petani membuat konten tentang aktivitas mereka di sawah, seperti menanam singkong, saya kira tidak ada masalah," tambah Wamentan.