Wawancara Khusus Dirut Pos Indonesia: Tak Ada Pos di Dunia Maju Tanpa Dukungan Negara
Perihal bertahan di dalam bisnis bukanlah perkara mudah apalagi bagi perusahaan dengan size besar, usia yang cukup tua, dan core bisnis yang agak 'tertinggal' seperti Pos Indonesia. Tentu banyak pertimbangan serta upaya super keras yang harus dijalankan.
Perihal bertahan di dalam bisnis bukanlah perkara mudah apalagi bagi perusahaan dengan size besar, usia yang cukup tua, dan core bisnis yang agak 'tertinggal' seperti Pos Indonesia. Tentu banyak pertimbangan serta upaya super keras yang harus dijalankan.
Seperti peribahasa klasik 'Lain ladang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya'. Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Gilarsi Wahyu Setijono mengakui, bertahan di medan tempur yang sudah jauh berubah memang tak mudah. Pos Indonesia memiliki keterbatasan yang membuat BUMN berlogo merpati jingga itu tak leluasa mengepak sayap.
-
Di mana Posong terletak? Posong Temanggung, tersembunyi di antara Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
-
Apa yang menjadikan PO Bus ALS sebagai operator bus terjauh dan terpanjang di Indonesia? Melihat trayek bus yang sangatlah panjang yakni dari Medan hingga ke Jember, Jawa Timur membuat ALS dinobatkan sebagai operator bus dengan rute terjauh dan terpanjang di Indonesia.
-
Apa fungsi utama kantor pos di Batavia? Kantor pos ini dahulu jadi tempat perputaran informasi tentang kondisi seluruh wilayah Indonesia di masa penjajahan Belanda.
-
Apa yang dimaksud dengan PO dalam konteks jual beli? Arti PO, merupakan singkatan dari Purchasing Order. Ini adalah sebuah dokumen yang menjabarkan detail pesanan produk atau barang yang akan dibeli konsumen.
-
Kapan kantor pos di Batavia didirikan? Pendiriannya dilakukan oleh pemerintah setempat di awal abad ke-20, yakni sekitar tahun 1928.
-
Siapa yang menjemput Gunawan di pos polisi? Beberapa jam kemudian keluarga Gunawan menjemput di pos Terpadu Polres Sumedang Polda Jabar dan bisa melanjutkan perjalanan mudik menuju Tangerang," terang Abraham.
Namun demikian, dia menegaskan selalu ada harapan. Namun, dalam upaya menggapai dan mengejawantahkan harapan tersebut Pos butuh dukungan pemerintah. Menurut dia, tidak ada satu pun Pos yang mampu bertahan, selamat tanpa dukungan negara.
Berikut wawancara khusus jurnalis Merdeka.com, Wilfridus Setu Embu dengan Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Gilarsi Wahyu Setijono.
Succes story transformasi pos di tengah perkembangan teknologi?
Di dunia ini ada dua contoh yang sangat spektakuler bagus terhadap transformasi Pos. Satu Jerman Post. Deutsche Post itu tahun 2000 dikasih duit pemerintah untuk tidak hanya sekedar bertransformasi, tapi betul-betul bisa mereposisi menjadi perusahaan logistik. Mereka beli DHL. DHL itu, industri yang tadinya private, dibeli Deutsch Post, 100 persen akhirnya menjadi milik Deutsch Post.
Akhirnya mereka menjadi perusahaan logistik yang terbesar di dunia. Sehat? Sehat sekali. Sekarang menjadi industri yang USD 70 miliar. Pendapatan setahun. Ini salah satu contoh Pos bertransformasi. Tapi jangan lupa ada dukungan pemerintah yang luar biasa.
Selain Jerman?
Tahun 2006, Jepang juga pikir, waduh kalau internet kayak begini, pos mati nih. Maka 2006, Pos Jepang diberi lisensi untuk menjadi bank. Jadi Pos itu lahir menjadi consumer bank terbesar dunia, karena dia punya cabang 24.500 dan itu semua menjadi bank. Mereka itu sampai mempunyai kemampuan yang luar biasa besarnya. Hasil tabungan Pos bisa dipakai untuk membeli utang pemerintah Jepang. 32 persen dari utang pemerintah Jepang yang beli Pos Jepang.
Di luar dua negara itu tidak ada pos yang sangat berhasil bertransformasi tanpa keterlibatan pemerintah. Inggris akhirnya memisahkan yang namanya PSO dengan yang komersial. Pisah.
Di Korea, mereka diproteksi pemerintah, bahwa asuransi, consumer insurance harus beli melalui pos. Jadi akhirnya industri asuransi 80-an persen ada di tangan Pos. Di luar itu nggak boleh. Ada lah tapi kecil-kecil.
Australia dia didukung untuk menjadi logistic e-commerce back bone. Kasih uang sama pemerintahnya USD 2 miliar selama 4 tahun suruh bertransformasi, mengubah infrastruktur. Mereka akhirnya bertransformasi menjadi infrastruktur untuk e-commerce.
Menilik cerita sukses transformasi Pos di Jerman, Jepang, dan beberapa negara tadi, kira-kira apa skema atau jalan keluar yang bisa diambil oleh Indonesia?
Pilihan memang tidak banyak. Karena misalnya bank, Indonesia sudah punya bank yang kehadirannya relatif sudah di semua pelosok. Contohnya BRI. Ngapain kita harus ada duplikasi. Walaupun sebetulnya pasti ada saja area-area dimana BRI ada, pos ada. Seharusnya ini yang menjadi extension.
Jadi kehadiran pos untuk melengkapi kebutuhan pemerintah di dalam melakukan inklusi keuangan, itu pos seharusnya masih bisa digunakan oleh pemerintah. Hanya pengaturannya bagaimana dengan banking, ini yang harus ada harmonisasi.
Banyak yang bilang Pos Indonesia laksana raksasa yang sedang tidur. Tanggapan Bapak?
Saya setuju raksasa yang sedang tidur. Tapi karena tidurnya kepanjangan, sehingga ketika terjadi disrupsi tak terbangun sama sekali dan kita tidak tergeliat untuk merelevankan. Seperti yang saya bilang tadi teman-teman di pos masih dengan terminologi surat. Padahal barang itu, tapi sebutnya pucuk terminologi surat. Pada saat terbangun dunia sudah sangat berubah sangat berbeda. Ketika kita coba untuk mengejar terlambat sekali.
Tapi bukan sesuatu yang tidak bisa. Harus ada cara berpikir yang berbeda. Tidak bertempur di ruang yang sama (dengan kompetitor), tapi kolaborasi kompetisi tapi berkolaborasi ini yang mesti sudah dilakukan. Harus ada proses unlearning yang banyak. harus dikosongkan dulu cup-nya. Sebelum diisi, dengan culture, bisnis model (yang baru).
Baca juga:
Jelang Lebaran, Pos Indonesia Dirikan Pos Rehat 2019
Transaksi Layanan Keuangan Lebih Mudah dengan POSGIRO Mobile
Kementerian BUMN Minta Pos Indonesia Perbaiki Komunikasi dengan Pekerja
Aksi Unjuk Rasa Tuntut Direksi Pos Indonesia Diganti
Kementerian BUMN Bakal Evaluasi Tuntutan Pekerja PT Pos Indonesia
1.000 Pegawai Pos Indonesia Demo di Kementerian BUMN Keluhkan Kinerja Direksi
PT Pos Sudah Bayarkan Gaji Karyawan Rp 137 Miliar