PT Pos Indonesia Ajak Swasta Kelola Aset Berusia Ratusan Tahun
Pengelolaan aset berusia ratusan tahun agar memiliki nilai manfaat lebih seusai zaman.
PT Pos Indonesia (Persero) terus mendorong peluang kerjasama dengan investor untuk pemanfaatan aset berusia ratusan tahun milik perseroan. Sehingga bisa disulap menjadi tempat kekinian seperti Pos Bloc dan Point Arena.
Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Faizal Rochmad Djoemadi mengatakan, pihaknya membuka pintu selebar-lebarnya kepada investor untuk memanfaatkan ribuan aset yang tersebar di berbagai penjuru Tanah Air.
"Jadi saya terbuka kepada seluruh investor atau perusahaan yang tertarik memanfaatkan aset Pos Indonesia yang lebih dari 3.000 titik, silakan. Kita sangat besar terbuka untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak," ujarnya di Point Arena Jakarta, dikutip Senin (14/10).
Kerjasama pemanfaatan aset ini dilakukan satu pintu dibawah PT Pos Properti Indonesia selaku anak usaha. Faizal mempersilakan mitra investor menggunakan lahan dan bangunan milik perseroan untuk berbagai fungsi, mulai dari cafe, hotel, mal, hingga gudang.
Secara hitungan bisnis, ia menambahkan, pemanfaatan properti memang baru menyumbang 3,1 persen dari total pendapatan Pos Indonesia.
"Namun, ada sisi lain, property service kita digunakan untuk rejuvenate brand Pos Indonesia. Karena kan Pos Indonesia usianya sudah 278 tahun, sudah tua," kata Faizal.
"Gimana supaya anak-anak Indonesia mengenal kembali Pos Indonesia? Kita gunakan lah properti-properti kita yang herritage yang usianya sudah lebih dari 100 tahun, dan banyak di berbagai lokasi, kita gunakan tempat yang asik, creative hub yang tempat nongkrong anak muda, yang keren," ungkapnya.
Faizal tak memungkiri, saat ini memang baru sedikit aset-aset milik Pos Indonesia yang telah dikerjasamakan. Kendati begitu, ia memproyeksikan bisnis properti ke depannya bisa tumbuh eksponensial.
"Saya rasa kenapa properti Pos menarik, karena hampir semuanya di Km 0. Di setiap kota, kecamatan, itu di tengah kota. Kenapa kita leverage, bukannya kita enggak pakai, tapi dulu properti Pos Indonesia yang di tengah kota itu di pusat residensial area. Zaman Belanda, zaman Indonesia baru merdeka," bebernya.
"Sekarang kan residencial area minggir. Yang di tengah udah jadi perkantoran, commercial, trading. Sehingga tidak lagi fit. Itu kenapa makanya okupansinya rendah. Maka dikerjasamakan," pungkas Faizal.