YLKI: 62 persen masyarakat Indonesia setuju kantong plastik berbayar
Kebijakan ini dinilai untuk mengubah perilaku konsumen yang selama ini membuat sampah terus menumpuk.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengklaim sejauh ini masyarakat Indonesia mendukung kebijakan kantong plastik berbayar. Hal ini diketahui usai survei yang dilakukan YLKI.
Dalam waktu dua minggu, 62 persen hadil survei menyetujui kebijakan tersebut. "Polling ini akan terus sampai nanti selesai dilaksanakannya uji coba penerapan kantong plastik berbayar. Kira-kira sampai bulan Mei. Setelah di evaluasi nanti akan dilihat respon masyarakat atas kebijakan ini" ujar, Staff Penelitian YLKI, Natalya Kurniawati kepada merdeka.com di Jakarta, Jumat (19/2).
-
Kapan borgol plastik diperkenalkan? Borgol plastik atau plastic cuffs diperkenalkan pada 1965.
-
Apa saja produk yang dibuat dari sampah plastik oleh warga Bandung? Beberapa produk yang dihasilkan rupanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti jam dinding hingga mainan wayang plastik. Sisi kreativitas ditampilkan sejumlah warga di Kota Bandung, Jawa Barat. Mereka mencoba menjawab permasalahan sampah plastik dengan menyulapnya menjadi kerajinan cantik dan unik.
-
Mengapa warga Bandung mengolah sampah plastik menjadi kerajinan? Upaya warga sendiri merupakan langkah preventif untuk mengurangi sampah plastik yang sulit terurai dan berpotensi menumpuk hingga ribuan tahun.
-
Kapan sampah plastik mencemari Sungai Ciliwung? Sampah plastik mengapung di Sungai Ciliwung, Kanal Banjir Barat, Jakarta, Rabu (20/12/2023).
-
Kenapa plastik bisa berbahaya buat kesehatan? Limbah sampah plastik mengandung zat beracun yang berbahaya bagi tubuh.
-
Dimana sampah plastik yang dibakar dapat mencemari lingkungan? Partikel mikroplastik, logam berat, dan zat kimia beracun yang terlepas dari pembakaran sampah plastik dapat terbawa oleh angin atau air hujan dan mencemari sumber air, seperti sungai, danau, laut, dan air tanah.
Natalya menilai, masyarakat yang mendukung kebijakan pemerintah ini bukan karena faktor ekonomi. Tetapi, lanjut dia, untuk mengubah perilaku konsumen yang selama ini membuat sampah terus menumpuk.
"Tanggung jawabnya terhadap apa yang sudah dikonsumsi kepada lingkungan. Dampak-dampak lingkunhan itu konsumen harus aware, konsumen punya hak untuk konfirmasi," kata dia.
Untuk itu, kata Natalya, pemerintah harus mendukung kebijakan ini melalui sosialisasi kepada masyarakat. Dengan begitu, masyarakat akan terbiasa dengan kebijakan ini karena sudah di sosialisasi terlebih dahulu.
"Pemerintah harus melakukan sosialsiasi ini, entah melalui media cetak atau iklan-iklan dalam poster kecil, bahwa plastik berbayar ini dampaknya positif bagi konsumen untuk perbaikan perilaku bukan dari bisnisnya," kata dia.
Untuk diketahui, masyarakat bisa ikut berpartisipasi melakukan polling terhadap kebijakan ini dengan mengisi pollingnya ke www.ylki.or.id. Nantinya, masyarakat akan langsung melihat polling yang sudah disediakan YLKI untuk diisi.
(mdk/sau)