Bocah dari Abad ke-18 SM Ini Curhat Lewat Surat ke Ibunya, Begini Isinya
Surat ini adalah komunikasi antara seorang siswa yang dikenal sebagai Iddin-Sin dan ibunya, Zinû.
Dalam era digital saat ini, sebuah surat kuno dari zaman Mesopotamia abad ke-18 SM viral di platform TikTok.
Bocah dari Abad ke-18 SM Ini Curhat Lewat Surat ke Ibunya, Begini Isinya
Surat ini adalah komunikasi antara seorang siswa yang dikenal sebagai Iddin-Sin dan ibunya, Zinû. Surat tersebut memberikan kita pandangan yang menarik tentang kehidupan pada masa itu.
Surat ini dimulai dengan Iddin-Sin mengucapkan kebahagiaannya dan harapannya atas kesehatan ibunya. Namun, kemudian surat ini mengambil arah tak terduga.
-
Siapa yang menulis surat itu? Surat itu sebenarnya ditulis oleh fisikawan Hungaria, Leo Szilard dengan bantuan ilmuwan lain, namun ditandatangani Einstein untuk menarik perhatian presiden karena statusnya sebagai salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa.
-
Siapa yang menulis surat? Dari siswi baru, Dewi Cahya
-
Apa isi pesan surat kuno itu? 'P.J Féret, penduduk Dieppe, anggota dari berbagai komunitas intelektual, melakukan penggalian di sini pada Januari 1825. Dia melanjutkan penyelidikannya di daerah yang luas ini yang dikenal dengan nama Cité de Limes or Caesar’s Camp.'
-
Kapan surat kuno itu ditulis? Surat itu dilipat dan diikat dengan tali, lalu disimpan di dalam sebuah botol kaca bening berukuran kecil atau vial. Botol ini disimpan dalam sebuah periuk tembikar.'Itu sejenis vial yang dikalungkan para wanita berisi garam wangi,' kata ketua tim dan kepala dinas arkeologi untuk kota Eu, Guillaume Blondel, dikutip dari BBC, Jumat (20/9).
-
Siapa yang menemukan surat kuno itu? Sekelompok mahasiswa yang menjadi sukarelawan dalam penggalian arkeologi di Prancis utara menemukan surat atau catatan yang ditulis arkeolog 200 tahun lalu pada Senin.
-
Bagaimana cara anak menyampaikan perasaan? Kata-kata ini bisa ditulis dalam buku jurnal, bisa juga menyampaikan ini pada orang tua agar mengetahui isi hati Anda.
Iddin-Sin bukanlah siswa biasa yang menulis surat penuh kasih sayang dan rindu kepada ibunya. Sebaliknya, ia memulai keluhannya tentang keadaan pakaian yang ia alami.
Alih-alih berbicara tentang keadaan dirinya atau bahkan mengungkapkan kerinduannya, Iddin-Sin memutuskan untuk menyalahkan ibunya atas penurunan kualitas pakaian yang ia miliki.
"Tiada tahun tanpa tahun, pakaian para pemuda di sini semakin baik, tetapi kau membiarkan pakaianku semakin buruk dari tahun ke tahun. Bahkan, kau terus membuat pakaianku semakin buruk dan semakin sedikit. Saat di rumah kami, wol habis seperti roti, dan kau malah membuat pakaianku semakin sederhana.”
Dilansir IFL Science, Iddin-Sin mengejek ibunya dengan mengungkit pemuda lain di sekitarnya yang memiliki pakaian yang jauh lebih baik.
Ia bahkan menyebut seorang pemuda bernama Adad-iddinam, yang hanya anak dari asisten ayahnya, yang memiliki dua set pakaian baru, sementara dirinya harus berjuang bahkan hanya untuk satu set pakaian yang layak.
Kekesalan dalam surat ini mencapai puncaknya ketika Iddin-Sin katika dia mengatakan meskipun ibunya melahirkan dia, ia merasa tidak dicintai sebagaimana Adad-iddinam yang hanya diadopsi oleh ibunya.
Surat ini memberikan kita pandangan unik tentang budaya dan prioritas di masa lalu, di mana pakaian memiliki peran penting dalam mengekspresikan status dan martabat seseorang.
Meskipun surat ini tampaknya ditulis sebagai keluhan pribadi, ia sekarang menjadi saksi bisu dari kehidupan sehari-hari di Mesopotamia pada abad ke-18 SM.
Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya berhati-hati dengan apa yang kita catat, karena kita tidak pernah tahu siapa yang akan membaca catatan itu ribuan tahun kemudian.
Sejarah telah mengungkapkan banyak surat dan dokumen kuno yang memberikan wawasan berharga tentang kehidupan masa lalu, dan surat ini adalah salah satu contohnya.