Bocoran Dokumen Intelijen: Israel Berencana Usir Warga Gaza ke Wilayah Ini
Dokumen yang dikeluarkan pada 13 Oktober ini menjelaskan tiga alternatif untuk masa depan Palestina di Gaza .
Dokumen Kementerian Intelijen Israel mengungkap rencana pengusiran paksa 2,3 juta penduduk Gaza.
Bocoran Dokumen Intelijen: Israel Berencana Usir Warga Gaza ke Wilayah Ini
Majalah budaya Israel Mekovit dua hari lalu menerbitkan bocorandokumen dari Kementerian Intelijen Israel yang mengungkap rencana pengusiran paksa 2,3 juta penduduk Gaza ke Semenanjung Sinai, Mesir, sebagai solusi permanen konflik di Gaza.
Dokumen yang dikeluarkan pada 13 Oktober ini menjelaskan tiga alternatif untuk masa depan Palestina di Gaza setelah perang antara Israel dan Hamas. Disarankan agar penduduk Gaza dipindahkan ke Sinai Utara selama konflik, dengan pembentukan kota-kota baru di wilayah tersebut sebagai upaya akomodasi.
Meskipun keberadaan dokumen ini tidak menunjukkan implementasi langsung oleh lembaga keamanan Israel, beberapa tindakan terbaru pemerintah Israel serta pernyataan pejabatnya menunjukkan upaya pelaksanaan rencana ini.
Sejak 7 Oktober, peringatan terus dikeluarkan untuk penduduk Gaza agar pindah ke wilayah selatan menyusul ancaman invasi darat yang akan datang.
Dokumen tersebut menegaskan rekomendasi untuk pemindahan populasi Gaza sebagai tujuan utama dari konflik saat ini. Rencana ini terbagi menjadi beberapa tahap yang meliputi pemindahan paksa penduduk ke selatan Gaza, diikuti dengan operasi darat Israel di seluruh wilayah Gaza, hingga pengosongan Gaza yang mendorong warga ke wilayah Mesir dengan larangan kembali.
Sumber: the Cradle
Israel telah memberlakukan blokade total di Gaza, memutus makanan, air, bahan bakar, dan listrik. Sejak serangan Hamas ke Israel 7 Oktober lalu, Israel juga membombardir Gaza hingga lebih dari 8.000 warga Palestina di Gaza tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Seorang pejabat di Kementerian Intelijen membenarkan dokumen setebal sepuluh halaman itu asli tetapi “tidak seharusnya sampai ke media,” kata Mekovit.
Menurut aktivis sayap kanan, dokumen Kementerian Intelijen dibocorkan oleh anggota Likud. Bocornya dokumen tersebut merupakan upaya untuk mengetahui apakah "masyarakat di Israel siap menerima gagasan pemindahan dari Gaza."
Rencana pemindahan tersebut dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama, penduduk di Gaza harus terpaksa pindah ke Gaza selatan, sedangkan serangan udara Israel akan terfokus pada sasaran di Gaza utara.
Pada fase kedua, masuknya pasukan Israel ke Gaza akan dimulai, yang akan mengarah pada pendudukan seluruh jalur, dari utara ke selatan, dan "pembersihan bunker bawah tanah dari pejuang Hamas."
Pada saat yang sama dengan pendudukan Jalur Gaza, warga Gaza akan pindah ke wilayah Mesir dan dilarang kembali secara permanen.
“Penting untuk membiarkan jalur lalu lintas ke arah selatan dapat digunakan, untuk memungkinkan evakuasi penduduk sipil menuju Rafah,” kata dokumen tersebut.
Dokumen itu merekomendasikan dimulainya kampanye khusus yang akan “memotivasi” warga Gaza “untuk menyetujui rencana tersebut,” dan membuat mereka menyerahkan tanah mereka.
Warga Gaza harus diyakinkan bahwa “Allah membuat kalian kehilangan tanah ini karena kepemimpinan Hamas – tidak ada pilihan selain pindah ke tempat lain dengan bantuan saudara-saudara muslim kalian,” demikian isi dokumen tersebut.
Deportasi penduduk dari Gaza harus dianggap sebagai tindakan kemanusiaan yang diperlukan untuk mendapatkan dukungan internasional. Deportasi semacam itu dapat dibenarkan jika hal tersebut akan mengakibatkan “lebih sedikit korban jiwa di kalangan penduduk sipil dibandingkan dengan perkiraan jumlah korban jika mereka tetap tinggal,” kata dokumen tersebut.
Lebih lanjut, rencana tersebut menyatakan bahwa pemerintah harus meluncurkan kampanye hubungan masyarakat yang akan mempromosikan program transfer ke negara-negara barat dengan cara yang tidak mendorong permusuhan terhadap Israel atau merusak reputasinya.
Deportasi penduduk dari Gaza harus dianggap sebagai tindakan kemanusiaan yang diperlukan untuk mendapatkan dukungan internasional. Deportasi semacam itu dapat dibenarkan jika hal tersebut akan mengakibatkan “lebih sedikit korban jiwa di kalangan penduduk sipil dibandingkan dengan perkiraan jumlah korban jika mereka tetap tinggal,” kata dokumen itu.
Dokumen tersebut juga menyatakan AS harus memanfaatkan tekanan Mesir untuk menerima penduduk Gaza, dan untuk mendorong negara-negara Eropa lainnya, dan khususnya Yunani, Spanyol dan Kanada, untuk membantu menampung para pengungsi yang akan dievakuasi dari Gaza.Yang terakhir, dokumen tersebut mengklaim jika populasi Gaza tetap ada, akan ada "banyak kematian orang Arab" selama pendudukan Gaza oleh tentara Israel, dan hal ini akan lebih merusak citra internasional Israel daripada deportasi penduduknya.
Karena semua alasan ini, rekomendasi Kementerian Intelijen adalah mendorong pemindahan seluruh warga Palestina di Gaza ke Sinai secara permanen.