China Sebut AS Berbohong Soal Xinjiang dan Tibet
Merdeka.com - Kementerian Luar Negeri China mengatakan Amerika Serikat berbohong tentang kebijakan China terhadap wilayah Xinjiang dan otonomi Tibet. China juga menegaskan menentang keras kebohongan AS itu.
"Dengan mengabaikan kebenaran dan mengulang-ulang kebohongan, AS sudah kehilangan moral, kredibilitas, dan reputasinya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang, seperti dilansir laman China Daily, Senin (30/12).
Geng menyampaikan pernyataan keras itu dalam jumpa pers harian setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo Sabtu lalu menulis kicauan di Twitter yang menyerang kebijakan China di Tibet dan Xinjiang. Kementerian Luar Negeri AS juga kemudian mencuit kicauan yang sama di hari yang sama.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Apa tindakan AS terkait genosida di Xinjiang? Laporan yang diterbitkan pada Rabu waktu setempat itu menggambarkan China sebagai 'rezim yang represif,' dengan mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu.
-
Bagaimana AS menggunakan agama untuk mencampuri urusan China? 'Washington didesak untuk berhenti menggunakan apa yang disebut isu agama untuk mencampuri urusan dalam negeri China,' tegas seorang juru bicara Kedutaan Besar CLaporan yang diterbitkan pada Rabu waktu setempat itu menggambarkan China sebagai 'rezim yang represif,' dengan mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu.
-
Apa yang dimiliki China? Tidak mengherankan, mengingat populasinya yang besar, China memimpin dengan jumlah pengguna internet global, diperkirakan mencapai 1,05 miliar.
-
Bagaimana Taiwan merespon tuduhan China? Dalam pernyataannya kepada wartawan di parlemen, yang dikutip oleh Reuters pada Rabu (25/9), Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo menyatakan bahwa China merupakan peretas utama di dunia. 'China adalah negara yang pertama kali melancarkan serangan siber setiap hari, yang ditujukan kepada Taiwan dan negara-negara lain yang memiliki aspirasi demokrasi serupa. Mereka adalah pelaku utama,' ujarnya.
-
Bagaimana China mengawasi warga Uighur? Lebih lanjut, Astrid juga menjelaskan bahwa perkembangan situasi terkini dari masyarakat Uighur di China, di mana masih banyak CCTV atau kamera pengawas yang mengamati kondisi atau pergerakan warga di sana, khususnya di provinsi Xinjiang. 'Kondisi saat ini masih terjadi pembatasan atau pengawasan, baik secara langsung ataupun tidak langsung menggunakan teknologi yang lebih canggih,' jelasnya.
"Fakta soal adanya stabilitas politik, ekonomi, pembangunan, persatuan etnis dan harmoni sosial di Xinjiang dan Tibet adalah bantahan paling kuat terhadap fitnah AS," kata Geng.
24.000 Masjid di Xinjiang
Menurut Geng, Xinjiang saat ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, harmoni sosial, dan stabilitas, begitu juga dengan harmoni agama. Kehidupan masyarakat Xinjiang mengalami perbaikan dan budaya juga berkembang, kata dia.
Populasi etnis Uighur di Xinjiang kini meningkat menjadi 11.65 juta atau mencapai 46 persen dari keseluruhan penduduk.
Saat ini ada 24.000 masjid di Xinjiang dan itu artinya ada satu masjid untuk setiap 530 warga muslim di sana, kata Geng.
Menanggapi situasi di Tibet, Geng mengatakan, sejak pembebasan secara damai pada 1951, Tibet mengalami pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial, serta kebudayaan tradisional juga dilindungi dan didukung.
Di Tibet saat ini ada 1.700 lokasi kegiatan keagamaan dan 46 ribu biksu serta biarawati. Setiap tahun ada satu juta peziarah ke Ibu Kota Lhasa.
AS Mencampuri Urusan Domestik Negara Lain
Geng menegaskan, daripada mencampuri urusan domestik negara lain, AS harusnya memikirkan urusannya sendiri dan fokus menyelesaikan masalah rutinnya. Geng mengutip laporan kantor berita the Associated Press tentang data statistik penembakan massal di Negeri Paman Sam.
Dalam laporan yang dipublikasikan Sabtu lalu di katakan, saat ini ada lebih banyak penembakan massal terjadi di AS dibanding di era 1970-an.
Pada 2019 ada 41 kali pembunuhan massal, yaitu ketika empat atau lebih orang terbunuh, kecuali pelaku. Di 2019 juga ada 33 penembakan massal yang menyebabkan 210 orang tewas.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Laporan AS mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu serta menunjukkan peningkatan "anti-Semitisme" secara daring.
Baca SelengkapnyaChina Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia
Baca SelengkapnyaTerkait masalah Laut China Selatan, pihak pemerintah China membantah pernyataan Kemenhan AS.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengatakan bahwa China adalah pelaku serangan siber di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaAksi Manila ini sering memicu konflik terbuka dengan penjaga pantai China.
Baca SelengkapnyaBeredar unggahan di media sosial yang mengklaim pasukan tentara China disiapkan untuk menyerang Indonesia
Baca SelengkapnyaPutin dan Xi Jinping kompak mengutuk rival mereka Amerika Serikat sebagai penabur kekacauan di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaKasal menilai Presiden Prabowo berupaya mencegah segala bentuk pertikaian di kawasan, dengan tetap menjunjung tinggi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
Baca SelengkapnyaIni adalah rencana yang dipersiapkan AS kepada China.
Baca SelengkapnyaThe Economist sendiri menunjukkan bahwa harga barang atau jasa di Amerika yang jika dikonversi menjadi USD100, maka di China nilai tersebut hanya USD60 saja.
Baca SelengkapnyaJenderal Amerika Serikat menyebut bahwap erang dengan China bisa terjadi 2025.
Baca SelengkapnyaTudingan ini cukup serius karena FBI menilai dua negara itu ingin mencuri data-data rahasia AS.
Baca Selengkapnya