Demonstran Pro Palestina Interupsi Sidang Senat AS, Desak Hentikan Genosida di Gaza dan Kecam Bantuan Rp223 Triliun untuk Israel
Sekelompok demonstran berulang kali menginterupsi sidang Senat Amerika Serikat (AS) yang membahas anggaran untuk bantuan ke Israel.
Para demonstran melumuri tangan mereka dengan cat merah sebagai bentuk protes terhadap keterlibatan AS dalam agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina.
Demonstran Pro Palestina Interupsi Sidang Senat AS, Desak Hentikan Genosida di Gaza dan Kecam Bantuan Rp223 Triliun untuk Israel
Sekelompok demonstran berulang kali menginterupsi sidang Senat Amerika Serikat (AS) yang membahas anggaran untuk bantuan ke Israel yang saat ini sedang melancarkan agresinya di Jalur Gaza, Palestina. Sidang ini dihadiri Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin, membahas alokasi anggaran sebesar USD106 miliar atau Rp1.689 triliun, dengan alokasi USD14 miliar atau sekitar Rp223,1 triliun untuk Israel.
Sumber: Middle East Eye
Para demonstran menuntun pemerintahan Presiden Joe Biden mendorong gencatan senjata di Gaza dan menghentikan dukungannya terhadap Israel yang sampai saat ini terus membombardir wilayah tersebut.
Para demonstran melumuri tangan mereka dengan warna merah, mempresentasikan darah dan meneriakkan "Gencatan senjata sekarang!" sebagai sindiran bahwa pemerintahan Biden terlibat dalam pembunuhan warga sipil Palestina.
Foto: Middle East Eye (Supplied)
Protes ini diorganisir kelompok pro-Palestina, termasuk Muslims for Just Futures dan Detention Watch Network. Mereka mengecam alokasi dana besar untuk militer Israel dalam anggaran AS. Salah satu demonstran teriak, "Blinken, Anda mendanai genosida!" sementara yang lain menyatakan, "Blinken, ada darah di tangan Anda!"
Pengunjuk rasa juga memprotes peran AS dalam militerisme perbatasan AS-Meksiko, dengan teriakan "Dari Palestina ke Meksiko, semua tembok harus runtuh! Hentikan pembiayaan genosida! Biarkan Gaza hidup." Demonstran menekankan bahwa militerisasi perbatasan dan penahanan migran tidak membuat masyarakat lebih aman.
Setiap kali diinterupsi, Blinken menghentikan pidatonya menunggu aktivis diusir dari ruangan. Setelah beberapa interupsi, para demonstran berkumpul dan berteriak keras, memprotes peran AS dalam mendanai operasi militer Israel di Gaza. Kemudian, Blinken mencoba memberikan respons samar kepada pengunjuk rasa yang telah diusir, mengatakan bahwa semua pihak berkomitmen untuk melindungi warga sipil.
“Saya juga sangat mendengar semangat yang diungkapkan di dalam ruangan ini dan di luar ruangan ini. Kita semua berkomitmen untuk melindungi kehidupan warga sipil,” kata Blinken setelah banyak aktivis yang digiring secara paksa keluar ruangan.
Sumber: Middle East Eye
Tujuh aktivis ditangkap karena berpartisipasi dalam protes tersebut, dan kelompok anti-perang CodePink juga mengerahkan interupsi terpisah dalam sidang tersebut.
Protes serupa juga terjadi di tempat lain di AS, menyoroti ketidaksetujuan terhadap dukungan AS terhadap Israel selama agresi di Gaza.
Pemerintahan Biden sejauh ini telah menolak untuk mendorong gencatan senjata dan justru memberikan dukungan terhadap serangan Israel di Gaza. Israel meluncurkan kampanye militer sebagai respons terhadap serangan yang dilakukan oleh Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya di Gaza pada 7 Oktober.
Hingga saat ini, lebih dari 8.000 warga Palestina terbunuh akibat serangan udara Israel, termasuk ribuan anak-anak dan perempuan. Kamp pengungsi Jabaliya di Gaza menjadi sasaran serangan udara besar-besaran yang mengakibatkan kematian ratusan orang.
Meskipun sebagian besar alokasi anggaran yang diajukan adalah untuk Ukraina, anggaran tersebut tetap mencakup dana besar sebesar USD14,3 miliar untuk Israel. Permintaan anggaran ini juga mencakup dana untuk mengatasi "kebutuhan potensial warga Gaza yang melarikan diri ke negara-negara tetangga."
Dalam suratnya yang tertanggal 20 Oktober, Kantor Anggaran dan Manajemen mengatakan apa yang terjadi di Gaza "dapat mengakibatkan pengungsian lintas perbatasan dan meningkatnya kebutuhan dan pendanaan kemanusiaan regional dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan program yang terus berkembang di luar Gaza".
Surat tersebut, ditambah dengan desakan agar Mesir membuka koridor kemanusiaan dan keengganan para pejabat AS untuk menyerukan agar Israel menahan diri, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Gedung Putih mendukung perpindahan massal warga Palestina dari Gaza.