FOTO: Tolak Gencatan Senjata, Israel Terus Maju Gempur Jalur Gaza Meski Dikecam Dunia
PM Israel Netanyahu kembali menolak keras gencatan senjata tanpa pembebasan semua orang yang ditawan Hamas.
PM Israel Netanyahu kembali menolak keras gencatan senjata tanpa pembebasan semua orang yang ditawan Hamas.
FOTO: Tolak Gencatan Senjata, Israel Terus Maju Gempur Jalur Gaza Meski Dikecam Dunia
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Senin (5/11/2023), kembali menegaskan penolakan negaranya terhadap gencatan senjata tanpa pembebasan semua orang yang ditawan kelompok Hamas di Jalur Gaza, Palestina.
Militer Israel pun terus melancarkan serangannya meskipun mendapat kecaman dari seluruh dunia. Amir Cohen/REUTERS
Kendati demikian, Netanyahu akan mempertimbangkan "jeda kemanusiaan" selama 1 jam dalam pertempuran di Gaza untuk memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan atau memungkinkan keluarnya sandera yang ditahan oleh militan Hamas. Amir Cohen/REUTERS
Pernyataan itu disampaikan Netanyahu dalam sebauh wawancara televisi AS di mana ia ditanya siapa yang harus memerintah Gaza setelah pertempuran usai. REUTERS/Mohammed Al-Masri
“Saya pikir Israel, untuk jangka waktu yang tidak terbatas, akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan karena kita telah melihat apa yang terjadi jika kita tidak memiliki tanggung jawab keamanan tersebut,” kata Netanyahu kepada ABC News, sebagaimana dikutip Reuters. REUTERS/Mohammed Al-Masri
Seorang pasukan militer Israel berdiri di antara reruntuhan bangunan ketika melaksanakan operasi serangan darat di Jalur Gaza, pada 7 November 2023. IDF via REUTERS
Sebuah tank militer Israel berada di antara reruntuhan bangunan ketika melaksanakan operasi serangan darat di Jalur Gaza, pada 7 November 2023. IDF via REUTERS
Sebagaimana diketahui, pertempuran Israel dan Hamas yang dimulai pada 7 Oktober 2023 masih terus berlangsung hingga kini. IDF via REUTERS
Sebanyak 1.400 orang di Israel tewas akibat pertempuran tersebut. Sementara, sebanyak 10.000 orang di Jalur Gaza, Palestina meninggal dunia, di mana lebih dari setenganya adalah anak-anak dan perempuan. IDF via REUTERS