Hamas Tembakkan Rentetan Roket ke Tel Aviv Setelah Israel Bunuh 700 Warga Palestina di Gaza Hanya dalam 2 Hari
Dalam serangan brutalnya ke Gaza setelah mengakhiri gencatan senjata, Israel membunuh 700 warga Palestina, termasuk ratusan anak-anak.

Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam menembakkan rentetan roket ke Tel Aviv untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan pada Kamis (20/3). Serangan ini merupakan balasan atas kekejaman Israel di Jalur Gaza yang membunuh lebih dari 700 warga sipil Palestina dan melukai lebih dari 900 lainnya dalam dua hari terakhir. Israel melanjutkan perang genosidanya di Gaza setelah membatalkan gencatan senjata.
Brigade Al-Qassam mengumumkan serangan balasan ini melalui saluran Telegram mereka, menyatakannya sebagai pembalasan atas apa yang mereka sebut sebagai 'pembantaian Zionis terhadap warga sipil', seperti dikutip dari The Cradle, Jumat (21/3).
Militer Israel mengklaim dari beberapa roket yang diluncurkan, satu berhasil dicegat sistem pertahanan udara mereka, sementara sisanya jatuh di daerah terbuka.
Terakhir kali Brigade Qassam atau kelompok perlawanan lainnya meluncurkan roket ke Israel adalah pada awal Januari, beberapa pekan sebelum perjanjian gencatan senjata. Meskipun telah melakukan serangan udara dan operasi darat yang brutal selama lebih dari setahun, pasukan Israel gagal membasmi kemampuan militer kelompok perlawanan Palestina.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan pada Kamis (20/3), serangan Israel telah membunuh sedikitnya 710 warga Palestina dan melukai lebih dari 900 orang hanya dalam dua hari.
"710 syuhada dan lebih dari 900 orang yang terluka telah dipindahkan ke rumah sakit dalam 48 jam terakhir," kata juru bicara Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa.
Sebanyak 70 persen korban luka adalah anak-anak dan perempuan, dan sebagian besar dalam kondisi kritis.
"Beberapa yang terluka meninggal karena tidak menerima perawatan medis karena kurangnya peralatan medis," tambah juru bicara tersebut.
Sedikitnya 50 warga Palestina terbunuh di beberapa wilayah di Jalur Gaza Kamis dini hari, menurut Pertahanan Sipil. Juru bicara Pertahanan Sipil, Mahmoud al-Basal mengatakan masih banyak warga yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Namun pihaknya tidak bisa mengangkat para korban ini karena terbatasnya alat berat.