Ilmuwan Ungkap Ukuran Otak Pada Anjing Penentu Tingkat Kecerdasan, Hasil Temuannya Mengejutkan
Hasil penelitian para ilmuwan diterbitkan dalam jurnal Biology Letters.
Sebuah penelitian mengungkap anjing dengan ukuran otak yang besar tidak selalu berarti lebih cerdas. Penelitian yang dipublikasikan pada 13 November di jurnal Biology Letters menunjukkan, meskipun anjing pekerja memiliki kemampuan yang lebih kompleks dibandingkan ras lainnya, kemampuan tersebut terorganisasi dalam ruang yang lebih padat di dalam otak.
Dikutip dari Live Science, Jumat (15/11), temuan ini berlawanan dengan pola yang terlihat dalam evolusi mamalia liar, di mana peningkatan ukuran otak seiring dengan ukuran tubuh umumnya diikuti peningkatan kompleksitas keterampilan kognitif.
-
Bagaimana kemampuan berhitung anjing diteliti? Penelitian yang dilakukan pada 2019 oleh para ahli di Emory University menggunakan pemindaian fMRI untuk mengamati aktivitas otak 11 jenis anjing. Mereka memperlihatkan berbagai jumlah titik pada layar kepada anjing tanpa pelatihan khusus sebelumnya.
-
Bagaimana peneliti mengukur perubahan otak kucing? Informasi ini diperoleh dari studi yang membandingkan ukuran tengkorak—yang menjadi indikator ukuran otak—antara kucing rumahan modern dan dua nenek moyang kucing liar yang terdekat, yaitu kucing liar Afrika (Felis lybica) dan kucing liar Eropa (Felis silvestris).
-
Siapa ilmuwan yang melakukan eksperimen anjing berkepala dua? Ilmuwan ‘gila’ yang melakukan eksperimen ini adalah Vladimir Demikhov. Ia merupakan ilmuwan yang berasal dari Soviet.
-
Siapa yang menemukan kemampuan berhitung anjing? Mengutip Indy100, Jumat (6/12), para peneliti memastikan bahwa reaksi otak anjing tidak terkait dengan ukuran titik yang ditampilkan, melainkan jumlahnya.
-
Apa hasil dari eksperimen anjing berkepala dua? Setelah anjing dengan dua kepala ini berhasil bangun, kedua kepala tersebut dapat mendengar, melihat, mencium bau, dan bahkan menelan. Namun meskipun kepala Shavka bisa minum, ia tidak terhubung ke perut Brodyaga sehingga semua yang diminumnya mengalir melalui tabung eksternal dan jatuh ke lantai.
-
Siapa yang meneliti otak kucing? Metode Studi Dalam penelitian ini, para ilmuwan melakukan replikasi terhadap sejumlah studi lama dari tahun 1960-an dan 1970-an yang membandingkan ukuran tengkorak antara kucing domestik dan kucing liar.
"Pada spesies lain, ukuran otak relatif menunjukkan kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Tapi di sini kita melihat kebalikannya," jelas Ana Balcarcel, penulis utama studi ini dan ahli biologi evolusi di Montpellier Institute of Evolutionary Sciences, Prancis.
Studi ini melakukan perbandingan antara rasio ukuran otak anjing dan ukuran tubuh dengan mengukur 1.682 tengkorak anjing dewasa yang berasal dari 172 ras yang disimpan di Natural History Museum Bern, Swiss. Para peneliti menghitung "volume endokranial relatif" anjing, yang merupakan ukuran otak dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
Mereka juga mengumpulkan data mengenai 14 ciri perilaku dari Canine Behavioral Assessment and Research Questionnaire, yang merupakan evaluasi perilaku standar untuk ras anjing yang mencakup kemampuan pelatihan, perilaku mencari perhatian, agresi, dan ciri-ciri lainnya. Menariknya, ras anjing "pekerja", seperti Siberian Husky yang dibiakkan untuk melaksanakan tugas kompleks, justru memiliki ukuran otak terkecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, sementara ras "pendamping", seperti Chihuahua yang dibiakkan sebagai hewan peliharaan, memiliki ukuran otak relatif terbesar.
Lebih Mudah Dilatih
Anjing yang memiliki ukuran otak lebih kecil umumnya lebih mudah untuk dilatih. Beberapa ras yang termasuk dalam kategori ini adalah Siberian Husky, Great Pyrenees, dan Rottweiler. Ras-ras yang digolongkan sebagai pekerja ini sering kali berperan dalam membantu manusia dalam berbagai tugas seperti pencarian, penyelamatan, pemanduan, dan pengawasan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, ras-ras ini memiliki fungsi eksekutif yang lebih baik, yang berarti mereka memiliki kontrol perilaku dan kemampuan ingatan jangka pendek yang lebih tinggi dibandingkan dengan ras anjing lainnya. Menurut Balcarel, anjing dengan ukuran tubuh yang lebih besar menunjukkan perbedaan dalam komposisi jaringan otak internal dibandingkan dengan anjing yang lebih kecil.
Penelitian yang ada sebelumnya juga mengindikasikan otak yang lebih besar sering kali berkorelasi dengan peluang bertahan hidup yang lebih baik, kemampuan pengambilan keputusan yang lebih baik, serta kapasitas pemrosesan informasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hasil dari studi terbaru ini cukup mengejutkan.
"Perbedaan utama di sini adalah bahwa anjing tidak berada di lingkungan alamiah," ungkap Balcarcel.
"Mereka adalah hasil seleksi buatan... seleksi yang sangat terarah, evolusi di bawah tangan manusia," tambahnya.
Dengan demikian, pemahaman tentang bagaimana ukuran otak dan karakteristik lainnya mempengaruhi kemampuan anjing dalam berinteraksi dengan manusia semakin mendalam.