India Tutup Sekolah Setelah Polusi Udara Semakin Parah dan Membahayakan Masyarakat
Penduduk New Delhi menghadapi tingkat polusi yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Ibu kota India, New Delhi, telah menghentikan semua kegiatan belajar mengajar di seluruh sekolah dasar (SD) akibat meningkatnya polusi udara yang mengkhawatirkan. Dalam pernyataannya di X, Kepala Menteri New Delhi, Atishi Marlena Singh, mengungkapkan proses belajar mengajar akan dilakukan secara daring hingga ada pemberitahuan lebih lanjut, mengingat kabut asap yang tebal menyelimuti kota tersebut.
New Delhi dan daerah sekitarnya kini menghadapi tingkat polusi yang sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Pada Kamis (14/11), kadar partikel halus di udara terukur lebih dari 50 kali lipat melebihi batas aman yang ditetapkanOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dilansir BBC, Jumat (15/11), setiap tahun Delhi dan wilayah utara India mengalami kabut asap selama musim dingin akibat kombinasi suhu yang rendah, asap, debu, kecepatan angin yang rendah, emisi dari kendaraan, dan pembakaran sisa tanaman. Berdasarkan data dari IQAir, sebuah lembaga pemantau Indeks Kualitas Udara (AQI) asal Swiss, pada hari Kamis, Delhi mencatat rata-rata 254 partikel halus - atau PM 2,5 - per meter kubik udara, sementara WHO menetapkan batas aman tidak lebih dari 15 partikel dalam periode 24 jam.
Partikel halus tersebut dapat menembus paru-paru dan berdampak negatif pada organ tubuh. Hal ini berpotensi menyebabkan penyakit kardiovaskular dan gangguan pernapasan, serta penelitian menunjukkan bahwa paparan polusi dapat menghambat pertumbuhan anak-anak. Selain itu, pemantauan oleh IQAir juga menunjukkan bahwa kota-kota tetangga seperti Gurugram dan Noida mengalami polusi udara yang berbahaya, termasuk Kota Chandigarh di wilayah utara India. Akibat dari polusi ini, banyak warga Delhi melaporkan mengalami iritasi mata dan kesulitan bernapas.
Upaya Pemerintah Atasi Polusi
Pihak berwenang di Delhi, yang diperkirakan memiliki lebih dari 33 juta penduduk, telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah polusi udara. Tindakan yang diambil antara lain menyemprotkan air yang mengandung penekan debu ke jalan-jalan.
Selain itu, mereka juga melarang kegiatan konstruksi yang tidak penting dan meminta masyarakat untuk tidak membakar batu bara. Namun, banyak kritikus menilai bahwa langkah-langkah ini tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di The Lancet pada bulan Juli mengungkapkan 7,2 persen dari kematian harian di kota ini disebabkan oleh polusi partikel halus. Diperkirakan dalam beberapa hari ke depan, tingkat polusi udara akan mengalami penurunan, namun tetap berada dalam kategori tidak sehat.
Polusi udara di daerah tersebut bahkan telah mencapai tingkat parah, di mana kabut asapnya dapat terlihat dari luar angkasa. Baru-baru ini, NASA membagikan citra satelit yang menunjukkan bahwa kabut asap tersebut membentang dari utara India hingga ke Pakistan.