Banyak Nyawa Melayang di India, Penyebabnya Baru Ketahuan
Pemerintah India telah berusaha mengatasi polusi udara sejak tahun 2017, namun upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang efektif.
Dalam sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan oleh "The Lancet Planetary Health", terungkap bahwa polusi udara telah berkontribusi pada jutaan kematian di India selama sepuluh tahun terakhir.
Penelitian ini menekankan pentingnya penerapan regulasi yang lebih ketat terkait kualitas udara. Studi tersebut mengeksplorasi hubungan antara partikel polusi udara berukuran kecil, yaitu PM2.5, dengan angka kematian di lebih dari 600 distrik di India dari tahun 2009 hingga 2019.
-
Dimana polusi udara di India paling parah? Menurut laporan dari BBC pada Rabu (30/10/2024), tingkat polusi di sejumlah lokasi di kota ini telah melampaui batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga 25-30 kali lipat.
-
Bagaimana polusi udara di New Delhi terjadi? Setiap musim dingin, New Delhi mengalami kabut tebal yang disebabkan oleh kombinasi asap, debu, rendahnya kecepatan angin, emisi kendaraan, dan pembakaran jerami.
-
Apa penyebab kematian banyak orang di India? Kematian akibat gigitan ular adalah ancaman yang serius, terutama di negara tropis dengan populasi ular berbisa yang tinggi. Salah satunya adalah India, yang termasuk dalam daftar negara dengan angka kematian akibat gigitan ular tertinggi. Menurut Forbes, Selasa (29/10), diperkirakan 46.000 hingga 60.000 orang di India meninggal setiap tahun akibat gigitan ular, terutama karena banyaknya ular berbisa, seperti kobra, yang sering ditemui di lingkungan penduduk.
-
Kapan polusi udara di New Delhi meningkat? Setiap tahun, New Delhi dan beberapa kota di utara India melaporkan tingkat polusi udara yang sangat tinggi antara bulan Oktober hingga Januari, yang berdampak pada gangguan aktivitas bisnis serta penutupan sekolah dan kantor.
-
Mengapa polusi menjadi penyebab utama kematian di negara berkembang? Di negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah, polusi menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat Non Communicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular.
-
Di mana polusi udara tinggi? Laman IQAir yang diperbarui menunjukkan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta berada dalam kategori sedang.
Partikel PM2.5, yang memiliki diameter kurang dari 2,5 mikrometer, dapat masuk ke dalam paru-paru dan aliran darah, sehingga meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan yang serius.
Penulis utama penelitian, Petter Ljungman dari Karolinska Institutet, Swedia, menyatakan, "Kami menemukan bahwa setiap peningkatan konsentrasi PM2.5 sebesar 10 mikrogram per meter kubik menyebabkan peningkatan kematian sebesar 8,6 persen," seperti yang dilaporkan oleh Indpendent pada Minggu (15/12).
Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa sekitar 3,8 juta kematian antara tahun 2009 dan 2019 dapat dihubungkan dengan tingkat polusi yang melebihi pedoman kualitas udara nasional India, yang ditetapkan sebesar 40 mikrogram per meter kubik.
Ghaziabad, yang terletak di negara bagian Uttar Pradesh, serta ibu kota nasional New Delhi, mencatat tingkat paparan tertinggi pada tahun 2016, dengan konsentrasi PM2.5 mencapai 119 mikrogram per meter kubik.
Lebih mengkhawatirkan lagi, jika menggunakan pedoman kualitas udara yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu 5 mikrogram per meter kubik, jumlah kematian yang terkait dengan polusi udara di India melonjak menjadi 16,6 juta selama periode yang sama.
Hal ini menunjukkan betapa seriusnya dampak polusi udara terhadap kesehatan masyarakat dan perlunya tindakan segera untuk mengatasi masalah ini.
Penduduk India tinggal di tengah-tengah polusi
Studi ini memberikan peringatan bahwa seluruh penduduk India, yang berjumlah sekitar 1,4 miliar orang, tinggal di daerah dengan kadar PM2.5 yang melebihi pedoman WHO sepanjang tahun. Hal ini berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat.
"Pedoman saat ini di India tidak cukup untuk melindungi kesehatan masyarakat. Regulasi yang lebih ketat dan langkah-langkah pengurangan emisi sangat mendesak untuk dilakukan," ungkap Ljungman.
Meskipun pemerintah India telah meluncurkan program nasional pengendalian polusi udara pada tahun 2017, studi ini menemukan bahwa konsentrasi PM2.5 terus meningkat di banyak wilayah, menunjukkan bahwa upaya yang ada belum memberikan hasil yang memuaskan.
Para peneliti menekankan, "Hasil kami menunjukkan bahwa estimasi sebelumnya terkait beban penyakit akibat paparan PM2.5 di India sangat diremehkan." Penelitian ini dianggap sebagai evaluasi paling akurat mengenai dampak kesehatan akibat polusi udara di India.
Dengan memanfaatkan data paparan yang komprehensif dan data mortalitas nasional, studi ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi kebijakan kualitas udara yang lebih baik, baik di tingkat nasional maupun internasional.
"Studi ini memberikan bukti kuat yang bisa digunakan untuk menciptakan kebijakan yang lebih baik guna melindungi kesehatan masyarakat dari ancaman polusi udara," tutup Ljungman.