Intelijen China Peringatkan Ada Senjata Genetik yang Bisa Musnahkan Ras Tertentu
Agen mata-mata China menuding beberapa negara menciptakan senjata mematikan yang menargetkan gen manusia.
Intelijen China Peringatkan Ada Senjata Genetik yang Bisa Musnahkan Ras/Etnis Tertentu
Agen mata-mata China menuding beberapa negara menciptakan senjata mematikan yang menargetkan gen manusia. Ini pertama kalinya badan negara China melontarkan ancama semacam ini pada Senin.
Dalam sebuah unggahan di akun resmi WeChat, Kementerian Keamanan Negara mengatakan beberapa negara telah menargetkan penduduk China karena “motif tersembunyi.”
Kementerian tidak menyebutkan negara mana saja dan tidak menyertakan bukti yang mendukung klaim tersebut. Selama ini, keberadaan senjata semacam itu diabaikan oleh komunitas ilmiah utama dan dianggap sebagai teori konspirasi.
Sumber: South China Morning Post
Dalam laporan bulan Februari 2022, para peneliti dari Dewan Risiko Strategis menyatakan ancaman senjata biologis sebagai alat pencegah dianggap tidak relevan karena tidak ada negara yang aman dari dampak pandemi.
Namun, apa yang dituduhkan kementerian tersebut kepada bukanlah agen biologis yang direkayasa untuk seluruh dunia, melainkan penciptaan ancaman yang ditargetkan, atau senjata genetik. Senjata tersebut juga dikenal sebagai senjata biologis etnis, merupakan senjata biologis hasil rekayasa genetika yang mampu menargetkan anggota ras atau etnis tertentu.
-
Kenapa AS menuduh China dengan genosida? Laporan yang diterbitkan pada Rabu waktu setempat itu menggambarkan China sebagai 'rezim yang represif,' dengan mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu.
-
Apa itu genosida? Genosida, sebagai suatu tindakan yang menargetkan suatu kelompok etnis, agama, atau kelompok sosial tertentu dengan niat untuk menghancurkannya, adalah pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan China? Ilmuwan dari China telah menciptakan desain baterai berbasis air terbaru yang lebih aman dan lebih efisien dalam menyimpan energi dibandingkan dengan baterai ion litium (Li-ion) yang saat ini banyak digunakan oleh manusia.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu. Cacing tersebut mati saat belum terbentuk secara sempurna atau masih dalam bentuk larva.
-
Apa yang dibuat ilmuwan China? Albert Einstein pernah berbicara tentang penggunaan mesin udara untuk menciptakan kendaraan yang lebih besar dan lebih cepat. Hal itu ternyata menjadi pemicu ilmuwan China untuk membuatnya. Namun dimodifikasi sedemikian rupa. Malah secara tidak langsung negara itu 'berani' mematahkan pendapat Einstein.
-
Apa tindakan AS terkait genosida di Xinjiang? Laporan yang diterbitkan pada Rabu waktu setempat itu menggambarkan China sebagai 'rezim yang represif,' dengan mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu.
Kementerian tersebut menyatakan, meskipun hingga 99,9 persen DNA manusia dimiliki oleh semua individu di bumi, terdapat perbedaan genetik utama yang membedakan orang-orang dari etnis atau ras tertentu. Dengan demikian, perbedaan-perbedaan ini dapat dimanfaatkan untuk "membunuh target ras yang telah ditentukan".
Foto: AFP
Kementerian Keamanan Negara bukanlah pihak pertama yang mengklaim adanya senjata biologis yang ditargetkan secara genetik. Pada Juni, calon presiden Amerika Serikat (AS) Robert F. Kennedy Jr. mengklaim "China sedang mengembangkan senjata biologis etnis" dan menyatakan AS juga telah mengembangkan teknologi semacam itu. Pejabat Rusia tahun lalu juga menuduh Ukraina memproduksi senjata biologis di laboratorium yang didanai AS, beberapa laporan media menyiratkan mereka yakin senjata-senjata ini dapat menargetkan etnis tertentu.
“Sangat tidak mungkin senjata yang menargetkan kelompok etnis tertentu dapat dikembangkan,” kata Richard Parsons, dosen senior Toksikologi Biokimia di King's College London kepada Science Media Center sebagai tanggapan atas klaim Rusia.
Parsons menyatakan, meskipun saat ini terdapat obat-obatan yang lebih efektif untuk beberapa kelompok etnis, proses pengembangannya memakan waktu lama, dan "bahkan anggota dari kelompok etnis yang sama tidak memiliki semua perbedaan tersebut".
Kepala Bidang Biosains dan Teknologi Pangan Oliver Jonesdi di Universitas RMIT mengatakan kepada Science Media Center bahwa klaim ini adalah "hanya sebatas imajinasi ilmiah".
Jones menjelaskan melalui surel, manusia memiliki kesamaan genetik yang tinggi sehingga senjata yang ditargetkan pada satu kelompok kemungkinan besar juga akan berdampak merugikan pada pelakunya.
“Sejauh yang saya tahu, tidak ada seorang pun yang benar-benar menunjukkan cara yang masuk akal, atau bahkan hanya masuk akal secara teoritis, cara hal ini bisa dilakukan,” katanya.
Pada awal pandemi Covid-19, perhatian publik mulai tertuju pada konsep agen biologis hasil rekayasa genetika, ketika beberapa ilmuwan mengemukakan virus penyebab penyakit ini mungkin bukan berasal dari alam.
Pada Januari 2020, Kristian Andersen sebagai direktur Genomik Penyakit Menular di Scripps Research Institute, menyampaikan melalui surel, ia bersama ilmuwan lain menemukan genom virus ini "tidak sesuai dengan apa yang diharapkan menurut teori evolusi".
Kurang dari dua bulan setelahnya, terbitlah sebuah surat dalam jurnal Nature yang mengutip Andersen sebagai penulis utama, menyatakan pemeriksaan lebih lanjut mengindikasikan virus tersebut "bukan hasil dari manipulasi laboratorium atau virus yang sengaja dimanipulasi".
Meskipun secara luas diterima dalam konsensus ilmiah bahwa pandemi Covid-19 tidak disebabkan oleh rekayasa genetika, hal ini menggarisbawahi potensi ancaman semacam itu terhadap dunia. Kekhawatiran terhadap potensi ancaman senjata biologis genetik bukanlah hal baru. Pada 1999, sebuah laporan dari British Medical Association menyampaikan peringatan bahwa pembuatan senjata semacam itu kemungkinan akan dilakukan dalam waktu dekat
Laporan dari Pusat Studi Nonproliferasi James Martin pada tahun 2021 menyatakan sistem senjata yang dirancang untuk "mengoptimalkan efek pada kelompok tertentu berdasarkan profil genetik" mungkin bisa direalisasikan, namun menghadapi beberapa tantangan teknis.
Salah satunya adalah pemilihan penanda genetik. Semakin spesifik suatu penanda, semakin kecil kemungkinan penanda tersebut akan sering ditemukan pada semua anggota suatu etnis atau ras untuk dijadikan sasaran secara menyeluruh.
Jika senjata tersebut memilih untuk menargetkan penanda yang sering ditemukan, maka kemungkinan besar senjata tersebut akan menyerang kelompok etnis dan populasi terdekat dan oleh karena itu akan menyebar ke sasaran yang tidak diinginkan, sesuai dengan laporan tersebut. Tantangan lainnya adalah efek dan target senjata yang diamati di laboratorium mungkin tidak berlaku di dunia nyata, yang berarti senjata tersebut bisa menyebar secara tidak terkendali atau tidak berfungsi sama sekali.
Namun laporan James Martin Center memberi peringatan bahwa kemajuan dalam pengurutan DNA, kecerdasan buatan, dan pengumpulan data genetik dapat "memungkinkan identifikasi target yang semakin tepat untuk sistem senjata genetik".
Konvensi Senjata Biologi, yang ditandatangani China, Rusia, dan AS, merupakan upaya perlindungan global yang bertujuan untuk melarang pengembangan dan penggunaan senjata semacam itu. Namun, menurut laporan Global Challenges Foundation pada tahun 2021, kurangnya definisi senjata biologis yang disepakati berarti negara-negara dapat memanfaatkan celah tersebut untuk tetap melakukan penelitian terhadap senjata tersebut tanpa melanggar perjanjian.
Jones menunjukkan, definisi senjata bisa sangat bervariasi, bisa berupa patogen yang dimodifikasi atau organisme berbahaya, dan lain sebagainya. Apa pun definisinya, ia menyatakan penggunaan senjata semacam itu merupakan "percobaan genosida".
"Senjata genetik lebih mudah disembunyikan, menipu, mudah disebarkan, dan berbahaya dalam jangka panjang," kata Kementerian Keamanan Negara China dalam unggahannya.
"Jika digunakan dalam perang, konsekuensinya akan sangat buruk."
"Sulit untuk mengetahui mengapa banyak lembaga pemerintah dan individu yang terafiliasi dengan mereka membuat klaim mengenai senjata yang ditargetkan secara genetik, mengingat senjata tersebut tidak ada," kata Jones, seraya menambahkan bahwa ia mencurigai para politikus yang membuat klaim tersebut tidak "benar-benar memahami ilmu pengetahuan mengenai hal ini."
Sumber: South China Morning Post