Israel Bunuh Pemimpin Hamas di Lebanon dengan Drone, Ini Sosoknya
Israel menargetkan bangunan yang di dalamnya ada kantor Hamas, di pinggiran kota Beirut pada Selasa (2/1) malam.
Israel menargetkan bangunan yang di dalamnya ada kantor Hamas, di pinggiran kota Beirut pada Selasa (2/1) malam.
Israel Bunuh Pemimpin Hamas di Lebanon dengan Drone, Ini Sosoknya
Israel membunuh pemimpin senior Hamas dan salah satu pendiri Brigade Al-Qassa, Saleh al-Arouri di Dahiyeh, pinggir kota Beirut, Lebanon, pada Selasa (2/1) malam. Dilansir The Cradle, Al-Arouri terbunuh dalam serangan drone.
Serangan tersebut menargetkan satu bangunan yang di dalamnya ada kantor Hamas dengan tiga rudal, yang menewaskan Arouri dan enam pemimpin Hamas lainnya serta sejumlah kader: Samir Fandi, Azzam al-Aqra, Mahmoud Zaki Shaheen, Mohammad Bashasha, Mohammad al-Rayes, dan Ahmed Hammoud.
"Pembunuhan secara pengecut oleh penjajah Zionis terhadap pemimpin dan simbol rakyat Palestina kami di dalam dan di luar Palestina tidak akan berhasil menghancurkan tekad dan ketabahan rakyat kami," jelas pemimpin senior Hamas lainnya, Izzat al-Rishq dalam sebuah pernyataan.
Rishq juga mengatakan, pembunuhan ini tidak akan melemahkan perlawanan rakyat Palestina yang gagah berani.
Foto: The Cradle
Pembunuhan ini, lanjutnya, juga membuktikan kegagalan Israel dalam mencapai tujuannya di Jalur Gaza.
Penasihat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Mark Regev membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut.
"Kami tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan Beirut, dan tidak menargetkan pemerintah Lebanon atau Hizbullah," ujarnya.
Namun sebelumnya, duta besar Israel untuk Amerika Serikat, Gilad Erdan mengucapkan selamat kepada militer negaranya atas pembunuhan tersebut.
Dua pejabat AS mengatakan kepada media Axios, Israel berada di balik serangan tersebut tapi mengklaim Israel tidak menginformasikan kepada Gedung Putih sebelum serangan. Seorang pejabat senior Israel mengonfirmasi pihaknya tidak menginformasikan kepada AS sebelumnya tapi mengirim pemberitahuan ketika serangan sedang terjadi.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah secara terbuka memperingatkan Israel beberapa pekan lalu, jika membunuh pemimpin Hamas di Beirut, Hizbullah akan membalasnya.
Arouri juga menjabat sebagai komandan Brigade Al-Qassam di Tepi Barat yang diduduki. Dia bertugas memperkuat gerakan ini di daerah tersebut dengan mendanai dan merencanakan operasi melawan pasukan penjajah Israel.
Dia juga disebut sebagai arsitek operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan Israel pada 7 Oktober lalu, di mana anggota Hamas dan faksi perlawanan lainnya menyerang markas-markas militer dan permukiman Israel.
Pada 1992, Arouri dipenjara Israel selama 18 tahun. Pada 2015, Departemen Luar Negeri AS menetapkannya sebagai teroris. Pada 2017, dia terpilih sebagai wakil kepala Biro Politik Hamas. Lalu pada 2018, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan hadiah sebesar USD5 juta (Rp77 miliar) bagi siapapun yang memberi informasi terkait keberadaan Arouri.
Agustus lalu, Netanyahu mengancam akan membunuh Arouri. Lalu Arouri menanggapi: "Abu Ammar (Yasser Arafat) syahid bersama Sheikh Ahmed Yassin (pendiri Hamas) dan semua pemimpin Hamas, Abu Ali Mustafa (pemimpin PFLP/kelompok perlawanan Palestina lainnya) dan ribuan syuhada. Darah dan jiwa kami tidak lagi lebih berharga atau lebih bernilai dari setiap syuhada. Pertama dan terakhir, para martir yang mendahului kami lebih mulia daripada kami."