Israel Larang Masuk Sekjen PBB Antonio Guterres, Ini Alasannya
Menteri luar negeri Israel mengumumkan larangan masuk bagi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Pada Rabu, 2 Oktober 2023, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengumumkan bahwa Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah ditetapkan sebagai persona non grata, yang berarti diplomat asal Portugal itu dilarang memasuki wilayah Israel.
Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa keputusan ini merupakan respon terhadap pernyataan Guterres setelah serangan rudal Iran pada malam sebelumnya, di mana dia tidak menyebutkan nama Iran dan tidak secara tegas mengecam tindakan agresif tersebut. Kementerian itu menambahkan,
"Kebijakan Guterres selama konflik ini telah memberikan dukungan kepada teroris, pemerkosa, dan pembunuh dari Hamas, Hizbullah, dan Houthi, serta kini kepada Iran, yang merupakan induk teror global," seperti dilaporkan oleh The Times of Israel pada Kamis, 3 Oktober 2024.
Katz juga menegaskan, "Siapa pun yang tidak bisa mengutuk secara jelas serangan brutal Iran terhadap Israel, seperti yang dilakukan hampir semua negara di dunia, tidak layak untuk berada di tanah Israel."
Namun, belum ada kepastian apakah Katz memiliki wewenang untuk melarang Guterres memasuki Israel, karena laporan dari media berbahasa Ibrani menyebutkan bahwa hanya menteri dalam negeri yang memiliki kewenangan untuk menetapkan status persona non grata.
Apa tanggapan PBB?
Pada hari Rabu, PBB menganggap larangan Israel terhadap Guterres untuk memasuki negara tersebut sebagai sebuah pernyataan politik. Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam pernyataan yang disampaikan oleh kantor berita AP, menyatakan bahwa tindakan menteri luar negeri Israel yang menandai sekjen PBB sebagai persona non grata hanya menambah daftar "serangan" Israel terhadap PBB. Sebelumnya, Israel telah menuduh adanya bias dan antisemitisme.
Dujarric menegaskan bahwa Guterres telah secara konsisten mengutuk serangan teror, kekerasan seksual, dan berbagai kengerian lainnya yang terjadi. Dia juga mencatat bahwa selama 24 tahun pengabdiannya di PBB, ada beberapa staf PBB yang dinyatakan persona non grata oleh negara tertentu, namun dia tidak pernah mendengar adanya larangan serupa yang diterapkan pada sekjen PBB.
Dujarric menekankan bahwa PBB tidak mengakui status persona non grata yang diterapkan pada stafnya. Sesuai dengan Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik, penerapan persona non grata seharusnya berlaku pada diplomat, bukan pada organisasi internasional. Oleh karena itu, Dujarric menyatakan, "Kami akan terus berkomunikasi dengan Israel di berbagai tingkat operasional dan lainnya karena hal itu penting untuk dilakukan." Guterres sendiri tidak memberikan tanggapan terhadap pernyataan Israel, tetapi dia menyerukan agar eskalasi kekerasan dihentikan.
Akhirnya melontarkan kutukan
Meskipun telah dinyatakan persona non grata, Guterres akhirnya mengutuk serangan Iran terhadap Israel. Dalam pidatonya di hadapan Dewan Keamanan PBB, ia menegaskan bahwa sebelumnya ia juga telah mengecam serangan Iran terhadap Israel pada bulan April.
Ia menambahkan, "Seperti yang seharusnya jelas terlihat dalam kecaman yang saya sampaikan kemarin, saya sekali lagi dengan tegas mengutuk serangan rudal besar-besaran yang dilancarkan oleh Iran terhadap Israel."
Ia menyatakan, "Serangan-serangan ini, secara paradoks, tampaknya tidak mendukung perjuangan rakyat Palestina atau meringankan penderitaan mereka," seperti yang dilaporkan oleh BBC. Di sisi lain, Guterres juga mengkritik tindakan Israel di wilayah Timur Tengah, dengan menyebut operasi militer di Jalur Gaza sebagai yang paling mematikan dan merusak selama masa jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal PBB.
Pada hari Selasa, militer Israel melaporkan bahwa Iran telah meluncurkan lebih dari 180 rudal balistik ke arah Israel, dan Israel mengklaim bahwa sebagian besar rudal tersebut berhasil dicegat. Dalam pernyataan yang dikeluarkan segera setelah serangan, Guterres hanya menyatakan bahwa ia mengutuk "meluasnya konflik di Timur Tengah dengan eskalasi yang terus berlanjut."