Kelompok HAM Serukan Pembebasan Anak-anak Uighur di Xinjiang
Merdeka.com - Kelompok hak asasi manusia (HAM) meminta pemerintah China membebaskan sejumlah anak Uighur dari sekolah asrama Xinjiang. Mereka menilai, penempatan anak-anak di sekolah tersebut dilakukan secara sewenang-wenang.
Beijing menyebut asrama di Xinjiang sebagai wadah "kesejahteraan anak". Menurut pemerintah, sekolah asrama itu merupakan pusat pendidikan dan pelatihan yang disediakan pemerintah bagi anak-anak Uighur. Namun, berbagai pihak berspekulasi bahwa tempat itu tidak lebih dari sebuah kamp konsentrasi.
"Pemerintah China telah menampung anak-anak dalam jumlah besar," jelas Human Rights Watch (HRW), kelompok aktivis HAM yang berbasis di New York, Amerika Serikat.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur? 'Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka,' ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Bagaimana China mengawasi warga Uighur? Lebih lanjut, Astrid juga menjelaskan bahwa perkembangan situasi terkini dari masyarakat Uighur di China, di mana masih banyak CCTV atau kamera pengawas yang mengamati kondisi atau pergerakan warga di sana, khususnya di provinsi Xinjiang. 'Kondisi saat ini masih terjadi pembatasan atau pengawasan, baik secara langsung ataupun tidak langsung menggunakan teknologi yang lebih canggih,' jelasnya.
-
Kenapa warga Uighur dikriminalisasi? 'Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal,' kata Abdul.
-
Mengapa anak-anak disekap di sekte ini? Anak-anak tersebut diduga digunakan sebagai buruh murah. Selain itu, ditemukan kuburan yang tidak terdaftar yang diduga adalah kuburan bayi.
-
Siapa yang terancam dikeluarkan dari sekolah? Akibatnya, anak laki-laki berusia 12 tahun itu telah beberapa kali dikenai sanksi karena melanggar aturan panjang rambut, dan mungkin akan dikeluarkan dari sekolah.
-
Apa yang dilakukan polisi China? Sang polisi bahkan tak segan turun tangan mempromosikan dagangan sang penjual dengan pengeras suara. 'Enam mao per setengah kilogram,' katanya. Saat salah seorang calon pembeli melirik, sang polisi turut menggiring sosoknya ke lapak.'Silakan kalau mau lihat dulu,' ungkapnya.
Menurut HRW, anak-anak Uighur dibawa ke "lembaga kesejahteraan" tanpa persetujuan orangtua mereka. Pasalnya, sebagian besar orangtua mereka telah ditahan atau diasingkan oleh pemerintah.
Dilansir dari laman TIME, sekitar satu juta orang Uighur telah ditahan di kamp pelatihan Xinjiang. HRW mengatakan jumlah tahanan di penjara setempat juga bertambah, meski tidak diketahui pasti jumlahnya.
Direktur Kelompok HAM China Sophie Richardson mengatakan, pemisahan paksa anak-anak Uighur oleh pemerintah China menjadi bagian dari penindasan di Xinjiang.
"Anak-anak harus segera dikembalikan ke kerabatnya di China atau diizinkan untuk bergabung dengan orangtua mereka," imbuh Sophie.
Berdasarkan pemantauan HRW, pemerintah China tidak mencantumkan perizinan orangtua dalam prosedur menampung anak-anak di kamp pelatihan Xinjiang. Dikatakan pula bahwa pendidikan yang diajarkan di kamp tersebut seolah tidak mengindahkan budaya asli masyarakat Uighur.
Anak-anak Uighur yang berada di kamp penampungan itu diajarkan bahasa mandarin, dan bukan bahasa daerah mereka. Adapula propaganda yang diajarkan melalui lagu dan tarian.
Mayoritas penduduk Uighur menganut agama Islam. Namun, disejumlah foto yang ditunjukkan media lokal, tidak terlihat pelajar putri dalam kamp pelatihan Xinjiang yang mengenakan hijab.
Perlakuan Beijing terhadap masyarakat minoritas itu telah mendapat banyak kritikan. Pada Juli lalu, Sekretaris Negara AS Mike Pompeo menyebutkan perlakuan China terhadap Uighur sebagai noda abad ini.
Reporter Magang: Anindya Wahyu Paramita
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita Warga Uighur Hilang Kontak Tujuh Tahun dengan Keluarga Akibat Aksi Genosida
Baca SelengkapnyaMassa AMI menuntut PBB agar membawa kasus tindakan kekerasan China terhadap muslim Uighur ke Mahkamah Internasional.
Baca SelengkapnyaDirjen HAM menyebut tindakan merundung bisa mencederai martabat dan merugikan seseorang.
Baca SelengkapnyaKPAI mengatakan bahwa kasus perundungan di Temanggung seharusnya menjadi sinyal bahaya.
Baca SelengkapnyaPihak sekolah berkomitmen secepatnya akan menyelesaikan persoalan ini secara profesional.
Baca SelengkapnyaMahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut
Baca SelengkapnyaKPAI menyesalkan masih banyaknya pelanggaran hak-hak anak yang masih terus terjadi.
Baca SelengkapnyaLaporan AS mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu serta menunjukkan peningkatan "anti-Semitisme" secara daring.
Baca SelengkapnyaMPU Aceh menyebut isu berkaitan etnis Rohingya yang beredar di media sosial belum tentu benar.
Baca SelengkapnyaKasus penikaman menyasar taman kanak-kanak kembali terjadi di China pada Senin (10/7/2023). Penyerangan ini menewaskan enam orang.
Baca SelengkapnyaJika pemerintah terlambat mengambil kebijakan bisa jadi pekerjaan rumah yang sulit untuk diselesaikan di kemudian hari.
Baca SelengkapnyaAda indikasi mobilisasi anak-anak sekolah ini dilakukan pada sore hari di batas waktu pelarangan demo dengan pola yang mirip.
Baca Selengkapnya