Kota di China Tawarkan Rp 21 Juta Bagi Informan tentang Kelompok Agama Ilegal
Merdeka.com - Guangzhou menjadi kota di China pertama yang menawarkan hadiah uang bagi siapa pun yang bisa melaporkan 'kegiatan keagamaan ilegal'.
Departemen Urusan Agama di Guangzhou mengumumkan kabar itu dalam laman resmi mereka. Pemerintah kota akan memberikan hadiah uang senilai Rp 21 juta bagi mereka yang punya informasi tentang kelompok agama ilegal.
Sejauh ini pemerintah sudah menindak aktivitas gereja Protestan yang tidak terdaftar. Pelarangan semacam ini sedang berkembang di seantero Negeri Tirai Bambu.
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Apa hadiah yang ditawarkan dalam modus penipuan ini? Beredar informasi terkait pemberian hadiah atau giveaway berupa mobil untuk 10 warga Timor Leste terpilih yang mengatasnamakan artis Indonesia, Baim Wong.
-
Siapa yang memberikan hadiah? Bagaimana tidak, si kecil yang menggemaskan secara luar biasa dapat hadir ke dunia melalui takdir yang telah digariskan. Tanpa campur tangan Allah, maka para bayi pun tak akan bisa berada di pelukan setiap orang tua.
-
Siapa yang edarkan uang palsu di Garut? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Dimana penipuan itu terjadi? Aksi seorang Warga Negara Asing (WNA) melakukan pungutan liar (Pungli) berkedok sumbangan agama menyasar warga Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
-
Dimana kejadian ini berlangsung? Sebuah video memperlihatkan prajurit TNI yang memberi kejutan di HUT Bhayangkara. Sejumlah TNI tiba-tiba datang ke kantor Polisi Tuban dengan membawa massa yang cukup banyak.
Dikutip dari laman South China Morning Post, Jumat (29/3), langkah ini adalah bagian dari kampanye pemerintah untuk menyingkirkan tradisi keagamaan yang datang dari luar.
Februari tahun lalu pemerintah mengubah undang-undang untuk memberikan kekuasaan lebih kepada pemimpin daerah menerapkan hukuman yang lebih keras kepada para penganut agama.
Menurut keterangan di situs resmi pemerintah Guangzhou, mereka yang punya informasi untuk menangkap pemimpin agama non-China bisa mendapat imbalan uang sebesar 5.000 hingga 10.000 yuan atau Rp 10 juta hingga Rp 20 juta.
Kebijakan ini bertujuan mencegah aktivitas ekstremisme yang dianggap bisa membahayakan keamanan nasional dan melanggar ketertiban umum.
"Langkah ini akan menekan keberadaan gereja rumahan," kata Ying Fuk-tsang, direktur Sekolah Keagamaan Chung Chi di Universitas Hong Kong. "Tidak hanya mereka harus berhadapan dengan razia pemerintah, tapi juga ancaman dari lingkungan mereka."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Buronan interpol asal China tersebut diduga menipu ribuan korbannya melalui skema ponzi.
Baca SelengkapnyaPolisi Bandara Soekarno-Hatta, membongkar modus baru perdagangan orang ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaPelaku mengaku diberi upah 15 juta per bulan oleh pelaku
Baca SelengkapnyaBayi CP berhasil diselamatkan dari oknum yang mencoba untuk menjualnya kepada warga negara China di Kota Fuqing, Provinsi Fujian, China.
Baca SelengkapnyaAksi WNA itu terekam dalam video yang viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaTernyata ada WNA China jadi joki untuk ujian bahasa Inggris. Sekarang dia ditangkap.
Baca SelengkapnyaBahkan, beberapa tempat wisata khas Tionghoa tersebut menggratiskan tarif masuk bagi pengunjung.
Baca SelengkapnyaAkun WA itu terhubung dengan nomor ponsel yang sudah teregister atas nama orang lain.
Baca SelengkapnyaLaporan AS mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu serta menunjukkan peningkatan "anti-Semitisme" secara daring.
Baca SelengkapnyaWarga negara (WN) China, DL (50) diserahkan warga Sungai Bahar, Muaro Jambi, Jambi, kepada pihak Imigrasi. Dia diduga menjual obat herbal ilegal.
Baca SelengkapnyaLY ditangkap di rumahnya Perumahan Concerto, Pantai Indah Kapuk, Penjaringan pada Selasa (13/2) sore.
Baca SelengkapnyaPenyidikan pun masih terus berlanjut, sampai mengarahkan penyidik ke Dubai.
Baca Selengkapnya